6 Mar 2012

SEMANGAT YANG TERBARUKAN

            Seperti biasa, Stand pendaftran Dauroh Marhalah satu (DM1) dibuka di depan fakultas Sains dan Teknologi.  Kali ini stand dijaga oleh al-akh yang bernama Yusuf Irfan Hilmi, beliau adalah kader KAMMI yang baru saja semester dua. Ikhwan bertubuh kecil itu dari jurusan Bahasa dan Sastra Arab fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Saya yang kemudian datang ke kampus ikut menjaga stand bersama akh irfan.
            Dauroh Marhalah satu atau yang disingkat DM1 adalah rangkaian agenda kaderisasi KAMMI. Agenda tersebut bertujuan untuk merekrut dan melakukan pelatihan awal untuk kader yang baru saja terekrut. Biasanya pembukaan stand berkisar antara satu bulan sampai satu bulan setengah. Pengurus KAMMI menyiapkan perangkat berupa kepanitiaan agar ajang perukrutan tersebut berjalan optimal. Untuk Komisariat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sendiri pembukaan stand dipisah menjadi menjadi dua bagian atau dua tempat. Yakni satu tempat di rumpun DN (Fakultas Sains dan Teknologi, Tarbiah dan Syariah) sementara stand lainnya berada di rumpun DS (fakultas Da’wah, Adab, Sosial Humaniora dan Ushuludin).
Aksi KAMMI
            Dalam obrolan rigan sambil menanti mahasiswa yang akan mendaftar, beliau sempat berbicaa tentang kegiatan aksi yang pernah dilakukan KAMMI. Dalam pertanyaan dan pengalamannya, kader DS asal Ciamis itu ternyata pernah mengikuti beberapa aksi. Setelah mengikuti beberapa aksi, muncul dalam benaknya sebuah antusias untuk mengikuti aksi-aksi berikutnya.
            Apa yang disampaikan akh Irfan adalah sebuah letupan semangat seorang kader dalam mengikuti agenda-agenda KAMMI. Sebuah idealisme yang terpancang setelah melihat kebobrokan di negerinya. Idealisme tersebut kemudian ia curahkan dalam sebuah organisasi. Akh irfan merelakan diri begabung bersama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia dengan harapan dapat memadukan dan mengembangkan keresahan akan kondisi bangsa sehingga muncul ledakan besar perubahan bersama gerakan yang ia masuk di dalamnya.
            Mungkin masih banyak kader-kader baru lain yang mempunyai idealisme tinggi di KAMMI. Mempunyai gagasan segar tentang masa depan da’wah. Gagasan yang belum pernah terpikirkan oleh kader-kader sebelumya. Selain gagasan, mereka juga mempunyai semangat yang tak kalah dan mungkin melebihi semangat para seniornya. Dengan idealisme dan semangatnya, mereka terus bekerja dan bekerja dalam setiap kegiatan. Memberikan kontribusi maksimal sesuai dengan kapasitasnya.
            Yang membuat saya semakin bangga dengan kader baru adalah kerja keras mereka dalam organisasi. Meskipun dengan pengalaman minim, tapi kader yang belum lama menyentuh dunia da’wah itu mampu tampil dengan performa terbaiknya. Kesalahan sudah dipahami sebagai sesuatu yang wajar.

Menyambung Semangat
            Fenomena tersebut harus diapresiasi dan disikapi dengan serius. Pasalnya ia adalah potensi besar yang sangat bagus untuk dikembangkan. Kemampuan yang masih ‘mentah’ dari kader baru harus terus diolah menjadi sebuah ledakan besar dikemudian hari. Sehingga suatu saat kita dapat melihat benih-benih itu telah menjadi pohon yang besar dan perkasa di mana ia mempunyai manfaat yang besar.
            Tentu saja untuk mengupgrade kemampuan mereka, dibutuhkan senior yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang tinggi. Di sinilah senior dan alumni memerankan tugasnya. Mengawal kader baru agar tidak hanya mampu menjaga ritme semangat tapi juga meningkatkan keimanan dan kecerdasan akalnya. Di sini, tugas senior tidak hanya menyuruh sambil duduk santai memantau kinerja adik-adiknya. Tidak, bukan hanya itu saja tugasnya. Menyuruh dan memantau adalah tugas kecil dari tujuan kaderisasi kepemimpinan. Tugas besarnya ialah ketika para senior mampu memberikan teladan. Dengan kerjanya, senior memberi contoh sebuah kerja profesional seorang organisator sehingga kader baru tidak bingung dalam melangkah dan menyelesaikan setiap amanah yang diberikan.
Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah peran senior dalam meningkatkan intelektualitas adik-adiknya. Di sini mereka dituntut untuk lebih belajar, menganalisa dan membuat terobosan kemudian menyampaikan ide-ide tersebut. sehingga kader baru bisa mendapat seorang figure dan panutan. Panutan yang tidak hanya dilihat dari kesholehannya saja tetapi juga kemampuannya dalam menciptakan sebuah gerakan ideal yang relevan dan mempunyai posisi tawar di tengah masyarakat. 

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...