28 Mar 2012

MEMBALAS KEBAIKAN USTAD

avivsyuhada.wordpress.com

Menghadirkan pemateri dalam sebuah acara tidak terlepas dari agenda-agenda organisasi. Kegiatan yang menghadirkan tokoh terebut biasanya untuk acara-acara besar sampai pada acara rutin yang dihadiri  rata-rata antara 15-30 peserta. Untuk acara rutin, intensitasnya pun berbeda ada yang tiga bulan sekali, bulanan, dua mingguan bahkan mingguan.
Saya tidak jarang menjadi penanggung jawab melobi pembicara untuk mengisi materi. Mulai dari tokoh daerah, propinsi dan nasional. Namun, berdasarkan pengalaman, melobi ustadz lebih sering saya lakukan dari pada melobi akademisi ataupun birokrasi. Meskipun tidak jarang posisi tersebut dipegang oleh seorang ustadz.
Alhamdulillah meskipun tokoh nasional dan tergolong sibuk tapi tidak begitu sulit menghubungi dan melobi beliau. Kadang tidak perlu menemui dengan segala syarat yang ada, bahkan dengan SMS pun beliau berkenan menjawab dan memenuhi undangan. Yang membuat saya lebih tertegun lagi, beliau tidak pernah memilih-milih agenda. Apakah itu untuk acara besar sekelas seminar nasional atau hanya sekedar kajian rutin pekanan. Insyaallah beliau akan menyanggupi asalkan tidak berhalangan dan dalam keadaan sehat. Salah satunya, pernah saya alami saat melobi ustadz Salim Afillah dalam acara malam bina iman dan taqwa (mabit) dan beliau bersedia.
Untuk biaya transportasi, jangan kaget, beliu tidak pernah menentukan harga. Beliau ikhlas menghadiri undangan murni karena ingin berdakwah. Meskipun kadang jauh antara lokasi dengan kediaman, namun hal itu tidak menjadi masalah. Itulah satu poin lagi yang membuat saya tambah kagum dengan mereka.
Pengorbanan yang dilakuakan asatidz memang luar biasa. Alhamdulillah sampai hari ini tradisi itu masih terjaga. Saya harap dan yakin kedepannya tradisi ikhlas memenuhi undangan tanpa mengharap imbalan tersebut akan tetap ada. Namun di sisi lain, sebagai pengundang atau pihak yang menhadirkan pembicara juga harus paham atas pengorbanan sang ustad.
Dengan menghadiri undangan, sang ustad telah merelakan waktu luang, waktu santai, waktu bekerja bahkan waktu bercengkerama dengan keluarga. Dengan menghadiri acara, sang ustadz telah merelakan tenaganya, merelakan rupiahnya untuk transportasi dan merelakan diri datang ke daerah terpencil untuk menyampaikan materi.
Oleh karenanya sebagai pihak yang mengundang harus memahami hal tersebut baik-baik. Meskipun beliau tidak meminta pamrih, tidak berarti seusai kegiatan kita hanya mengucapkan sepatah kata “syukron” atau “jazakumullah khoiron katsiran”. Setidaknya ada ‘materi’ yang diberikan, hal itu membuktikan kesungguhan panitia menyelenggarakan acara dan membalas kebaikan ustadz tersebut. Dengan memberikan materi, tentu saja akan melatih profesionalisme kepanitiaan dalam mengelola acara.
Secara lebih substansial lagi, cara terbaik menghormati, memuliakan dan membalas budi baik sang ustad adalah dengan menjalankan petuah yang dihujahkan ke dalam hati kita. Melaksanakan kebaikan-kebaikan yang disampaikan dalam kehidupan sehari-sehari.
 Apalah arti kita sering membuat tema menarik dan menghadirkan pembicara besar namun tidak membekas sama sekali pada diri kita. Meskipun sudah banyak mendapat asupan ruhiyah namun kondisi batin kita masih jauh dari perbuatan terpuji. Oleh karenanya, menjadi baik dan memperbaiki orang lain lah yang sebenarnya merupakan balasan dan kado terindah untuk beliau yang tak pernah lelah berdakwah.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...