3 Mei 2012

NEED DAN WANT ISLAMIC EKONOMIC


          Dalam pemaparannya Dr. Muhammad Syafi’i Antonio pakar ekonomi Islam menjelaskan      konsep ekonomi Islam tentang need (kebutuhan) dan want (keinginan). Need adalah sebuah istilah ekonomi Islam yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bersifat terbatas. Seperti kebutuhan kita akan pakaian, makanan, rumah, komunikasi dan lain-lain. sedangkan want adalah keinginan manusia yang bersifat tidak terbatas (unlimited). Semisal,  jika lapar maka kebutuhan kita adalah makanan, dan keinginanlah yang membedakannya apakah ingin makan Nasi, Spageti, Hamburger dan lain sebagainya. Namun keinginan yang sifatnya tidak terbatas itu tentu saja  tetap diatur dalam Islam.
        Berbeda dengan ekonomi Islam sebagaimana dijelaskan pendiri STEI Tazkiya tersebut, ekonomi konvensional mengenal  kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas. Pemahaman ini menjadikan manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan kebutuhannya dalam skala besar tanpa batas. Akhirnya tingkat konsumsi terus bertambah seiring dengan keinginan yang tidak diarahkan dengan rambu-rambu yang jelas. Buruknya, keinginan untuk merauk harta telah mengaburkan pemahaman akan jati diri manusia sebagai mahluk sosial. Memudarnya rasa sosial tersebut kemudian memunculkan ketimpangan sosial dalam struktur masyarakat. akibatnya potret si kaya dan si miskin kian kontras disetiap sudut kota.
          Setelah melihat kerusakan yang timbul akibat kesalahan paradigma  kebutuhan manusia maka dalam ekonomi Ilahiyat itu mengajarkan tentang distribusi kekayaan. Setelah kebutuhan manusia (yang sifatnya terbatas) tercukupi. Maka Islam mengajarkan untuk melakukan kegiatan kepedulian (charity) atau kedermawanan (filantropi) yakni dengan sistem ekonomi Islam berupa zakat, infak, sedekah, wakaf dan lain-lain.
Melalui perangkat-perangkat itu, umat Islam didorong untuk melakuakan pemerataan ekonomi pada masyarakat. Meskipun tetap ada kepemilikan individu sebagai wujud dari hak pribadi (prifat) dan kerja kerasnya. Kepemilikan individu inilah yang meluruskan pandangan sosialisme yang menyamaratakan ekonomi setiap warga meskipun dengan perbedaan kemampuan bekerja.
         Sebenarnya konsep need dan want tetap mengajarkan untuk kaya namun mau berbagi dengan sesama bahkan menganjurkan untuk hidup sederhana sebagai wujud dari dua pemahaman tersebut. Jika melihat jejak rekam Rosulullah SAW. Kita akan mengetahui bahwa ia adalah seorang bisnismen dan  kaya raya, begitu juga dengan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Tholib, Abdur Rahman Bin Auf dan sahabat-sahabat lain. mereka semua adalah mukmin-mukmin yang mempunyai banyak harta bahkan dalam kepemimpinannya sebagai khalifah.
          Namun dengan kekayaan yang dititipkan Allah tersebut, mereka menjadi lebih gemar bersedekah, menyantuni sanak saudara, membebaskan hamba sahaya dan ringan tangan membiayai kebutuhan-kebutuhan jihad fii sabilillah dengan harta pribadinya. Kemudian mereka lebih memilih hidup sederhana dengan keperluan secukupnya. Bagi para rasul dan sahabat hidup sederhana adalah pilihan dan kemuliaan.
Konsep need yang bersifat terbatas dan want yang bersifat unlimited sesungguhnya adalah metode yang diberikan Allah kepada manusia agar tetap berkeinginan kaya namun rela berbagi dan memilih hidup sederhana. Dengan konsep ekonomi Qurani tersebut maka ke depannya tidak akan terjadi  ketimpangan sosial dan kriminalitas,  akan tetapi terwujud keadilan dan kemakmuran. Wallahualam.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...