Dalam pemaparannya Dr. Muhammad Syafi’i
Antonio pakar ekonomi Islam menjelaskan konsep ekonomi Islam tentang need (kebutuhan)
dan want (keinginan). Need adalah sebuah istilah ekonomi Islam yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia
bersifat terbatas. Seperti kebutuhan kita akan pakaian, makanan, rumah,
komunikasi dan lain-lain. sedangkan want adalah keinginan manusia yang bersifat
tidak terbatas (unlimited). Semisal,
jika lapar maka kebutuhan kita adalah makanan, dan keinginanlah yang
membedakannya apakah ingin makan Nasi, Spageti, Hamburger dan lain sebagainya.
Namun keinginan yang sifatnya tidak terbatas itu tentu saja tetap diatur dalam Islam.
Berbeda dengan ekonomi Islam sebagaimana dijelaskan pendiri STEI Tazkiya tersebut, ekonomi
konvensional mengenal kebutuhan manusia
bersifat tidak terbatas. Pemahaman ini menjadikan manusia berlomba-lomba untuk
mendapatkan kebutuhannya dalam skala besar tanpa batas. Akhirnya tingkat
konsumsi terus bertambah seiring dengan keinginan yang tidak diarahkan dengan
rambu-rambu yang jelas. Buruknya, keinginan untuk merauk harta telah
mengaburkan pemahaman akan jati diri manusia sebagai mahluk sosial. Memudarnya
rasa sosial tersebut kemudian memunculkan ketimpangan sosial dalam struktur
masyarakat. akibatnya potret si kaya dan si miskin kian kontras disetiap sudut
kota.
Setelah melihat kerusakan yang
timbul akibat kesalahan paradigma kebutuhan
manusia maka dalam ekonomi Ilahiyat itu mengajarkan tentang distribusi
kekayaan. Setelah kebutuhan manusia (yang sifatnya terbatas) tercukupi. Maka
Islam mengajarkan untuk melakukan kegiatan kepedulian (charity) atau kedermawanan
(filantropi) yakni dengan sistem ekonomi Islam berupa zakat, infak,
sedekah, wakaf dan lain-lain.
Melalui perangkat-perangkat itu, umat Islam didorong untuk melakuakan
pemerataan ekonomi pada masyarakat. Meskipun tetap ada kepemilikan individu
sebagai wujud dari hak pribadi (prifat) dan kerja kerasnya. Kepemilikan individu inilah yang meluruskan
pandangan sosialisme yang menyamaratakan ekonomi setiap warga meskipun dengan perbedaan kemampuan bekerja.
Sebenarnya konsep need
dan want tetap mengajarkan untuk kaya namun mau berbagi dengan sesama
bahkan menganjurkan untuk hidup sederhana sebagai wujud dari dua pemahaman
tersebut. Jika melihat jejak rekam Rosulullah SAW. Kita akan mengetahui bahwa
ia adalah seorang bisnismen dan kaya
raya, begitu juga dengan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin
Abi Tholib, Abdur Rahman Bin Auf dan sahabat-sahabat lain. mereka semua adalah
mukmin-mukmin yang mempunyai banyak harta bahkan dalam kepemimpinannya sebagai
khalifah.
Namun dengan kekayaan yang
dititipkan Allah tersebut, mereka menjadi lebih gemar bersedekah, menyantuni
sanak saudara, membebaskan hamba sahaya dan ringan tangan membiayai
kebutuhan-kebutuhan jihad fii sabilillah dengan harta pribadinya. Kemudian
mereka lebih memilih hidup sederhana dengan keperluan secukupnya. Bagi para
rasul dan sahabat hidup sederhana adalah pilihan dan kemuliaan.
Konsep need yang bersifat terbatas dan want yang bersifat
unlimited sesungguhnya adalah metode yang diberikan Allah kepada manusia agar
tetap berkeinginan kaya namun rela berbagi dan memilih hidup sederhana. Dengan konsep ekonomi
Qurani tersebut maka ke depannya tidak akan terjadi ketimpangan sosial dan kriminalitas, akan tetapi terwujud keadilan dan
kemakmuran. Wallahualam.
0 komentar:
Posting Komentar
monggo dikoment...