Perjalanan kehidupan manusia selalu
dihiasi oleh rangkaian masalah. Baik itu masalah yang besar maupun masalah yang
kecil. Sejak manusia lahir hingga dewasa akan menemui banyak problematika
kehidupan. Bohong jika ada seseorang yang mengatakan bahwa ia tidak mempunyai
masalah hidup. Karena baik itu orang kaya, miskin, pejabat, guru, pengusaha,
pelajar dan lainnya selalu diliputi oleh masalah.
Rosulullah SAW adalah manusia yang
mempunnyai segudang masalah besar. Karena tugasnya penyampai risalah agung.
Sejak kecil, beliau tidak pernah mendapat kasih sayang kedua orang tua karena
mereka telah meninggal. Pada umur tujuh tahun beliau sudah diajak untuk
berwirausaha bersama paman jauh ke negeri Syam. Tantangan kian besar saat wahyu
turun dan Muhammad diperintahkan untuk menyebarkan risalah suci.
Tantangan kian berat terutama awal
wahyu diturunkan, rosulullah menggigil dan pada saat itu beliau hanya ditemani
istri tercinta, Khadijah. Di sisi lain dakwah periode makkah ini baru sedikit
pengikutnya, sementara tekanan kaum quraysi kian berat. Pernah suatu ketika
manusia agung itu disiram dengan isi perut Unta ketika tengah berada di ka’bah.
Percikan Kilat Di Tengah Badai
Krisis
Ada yang yang menarik dan sarat ibroh
dalam perjalanan dakwah rosulullah saat perang khandak. Pada saat itu musim
dingin tengah tiba, sementara itu rosulullah dan kaum muslimin dikepung oleh
para munafikin dan yahudi yang licik. Suasana krisis belum berhenti sampai di
situ, kaum muslimin pun dilanda kelaparan. Dipihak lawan, pasukan quraysi
sedang menuju dan bersiap-siap menyerang.
Suasana
sangat mencekam, dan tentu saja taruhannya adalah nyawa. Secara fisik kaum
muslimin kelaparan belum lagi hawa dingin yang merasuk hingga ke tulang. Sementara
itu secara psikologis mereka tengah diguncang tekanan dengan hebat karena
pengepungan musuh dari dalam dan luar Madinah.
Kejadian luar biasa itu terjadi saat
penggalian parit khandak berlangsung. Kaum muslimin mendapati batu besar dalam
penggalian. Kemudian mereka mengadukan hal itu kepada rosulullah. Maka
beliaupun datang sambil membawa cangkul kemudian mengucapkan, “Bismillah”.
Selanjutnya
langsung memukul batu itu dengan sekali pukulan hingga mengeluarkan percikan
bunga api. Kemudian mengucapkan, “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku
kunci-kunci kerajaan Syam. Demi Allah, saat ini aku benar-benar melihat
istana-istananya yang (penuh dengan gemerlapan).” Kemudian beliau memukul tanah
itu untuk yang kedua kalinya. Maka terpecahlah sisi yang lainnya. Lalu
beliaupun bersabda, “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku negeri Persia.
Demi Allah, aku benar-benar melihat
istana kerajaannya yang penuh dengan gemerlapan sekarang ini.” Lantas beliau
memukul tanah itu untuk yang ketiga kalinya seraya mengucapkan, “Allahu Akbar”.
Maka terpecahlah bagian yang tersisa dari batu itu. Kemudian beliau bersabda,
“Allahu Akbar, aku benar-benar diberi kunci-kunci kerajaan Yaman. Demi Allah,
aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini” (Al-Mubarakfuri,
2005).
Ada optimisme yang dibangun di situ,
di tengah rasa lapar, lelah, dingin, dan kekhawtiran yang mencekam. Dalam
suasana krisis itu, rosulullah malah bersabda bahwa kerajaan Syam, Persia dan Yaman
akan ditaklukan. Dan ini adalah perkataan rosulullah, ya ini adalah perkataan
rosulullah yang sidiq. Kontans kaum
muslimin pun bangkit seamangatnya dan kian kuat azzamnya. Peran khandak pun
dimenangkan oleh kaum muslimin. Dan benarlah ucapan kekasih Allah tersebut,
kerajaan-kerajaan besar terkuasi dikemudian hari.
Membangun Opmtimisme
Sebagai
seorang muslim kita memang tidak pernah lepas dari permasalahan. Namun kita
juga harus meyakini bahwa Allah akan memberi jalan keluar pada tiap
permasalahan. Memang jalan keluar itu tidak datang dalam sekejap mata. Atau
datang hanya dengan berdoa saja. Pertolongan itu akan datang karena kita juga
bekerja. Maka yang pertama dilakukan dalam masa krisis adalah menumbuhkan sikap
optimis.
Optimis adalah sebuah keyakinan
bahwa kita dapat menyelesaikan sebuah permasalahan. Optimis kemudian bekerja
memacu otak dan tenaga untuk bergerak maksimal menemukan jalan keluar. Setelah
itu mereka (otak dan tenaga) akan bekerja secara harmonis dan terus berlangsung
secara sistematis.
Secara praksis lapangan, kekuatan
yang muncul dari sikap optimis yang pertama kita akan membuat perencanaan. pada
tahap ini kita akan menganilisis permasalahan secara mendalam. Kemudian mencari
jalan keluar dengan cara yang objektif dan rasional. Itulah mengapa orang-orang
sukses adalah orang-orang yang bekerja secara rasional bukan dengan cara
irrasional seperti mendatangi dukun, memakai jimat atau berdoa dikuburan. Dalam
perencanaan itu, kita mematoknya dengan target dan timing. Sehingga apa yang
kita lakukan kelak adalah sebuah kerja yang tersusun.
Kedua, sikap optimis memompa kerja
dalam nafas panjang. Kerja seorang yang optimis akan sungguh-sungguh dan berlangsung
lama. Ia akan memacu saraf dan otot untuk terus bergerak dalam masa sulit
sekalipun. Kalaupun merasa letih, letih yang menyapa adalah karena sifat
manusiawi bukan letih hati yang mematikan kesuksesan.
Optimis kita adalah keyakinan bahwa
Allah akan memberi pertolongan. Meyakini bahwa Allah sedang memberi ujian agar
kita menjadi insan yang lebih baik. Oleh karenanya optimisme kita tidak
dibangun atas landasan yang kosong, ia dibangun pada sebuah keimanan kepada
Allah yang pasti menolong hambanya dan Dia tidak pernah ingkar janji.
“bekerjalah
kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rosul-Nya dan
orang-orang mukmin, dan kami akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha
mengetahui yang gai dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan” (At-taubah 105)