13 Des 2011

kSabtu lalu (9 Desember 2011) saya menyempatkan diri mengikuti kajian yang dilakukan oleh department Pengkaderan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UIN Sunan Kalijaga. Acara yang dinamai Madrsah KAMMI Klasikal (MKK) tersebut diadakan khusus bagi kader-kader baru. MKK dilakukan setiap satu pekan sekali dan diikuti oleh puluhan peserta. Pada waktu itu peserta begitu menikmati pemaparan yang disampaikan oleh pemateri.
Saya cukup terkagum melihat antusias peserta MKK, pasalnya waktu MKK yang dilaksanakan sabtu sore itu dapat dihadiri oleh puluhan peserta. Artinya kader baru tersebut dengan sengaja datang dan mengikuti kajian yang bertempat di kampus itu. sewaktu pulang saya pun melihat sebagian peserta yang tidak mempunyai kendaraan. Dengan rela mereka berjalan kaki datang dan pulang dari lokasi MKK.

Meneguhkan Orientasi Beramal
Antusias dan pengorbanan yang diberikan kader baru untuk mengikuti jenjang kaderisasi KAMMI haruslah diapresiasi. Mereka yang dengan semangat berangkat MKK dan mengikuti segudang program kerja lainnya harus dijaga orientasinya. Yakni menjaga niatnya agar senantiasa hanya untuk meraih ridho Allah SWT.
Dengan niat mencari ridho Allah itulah semangat mereka akan senantiasa terpompa. Karena ridho Allah adalah orientasi yang lebih jauh melampaui orientasi dunia. Sehingga semangat mereka akan diiringi dengan ketekunan menjalankan ibadah-ibadah. Baik berupa ibadah wajib maupun sunnah. Dan biasanya semangat seperti ini bertahan lebih lama dari pada semangat yang sifatnya keduniawian. Semangat keduniawian seperti hanya ingin mendapatkan pujian, penghargaan, sertifikat, dan orientasi-orientasi pragmatis lain. Semangat tersebut berlangsung singkat karena bersifat uforia dan akibatnya cepat atau lambat mereka akan menemui kebosanan.
Semangat mencari ridho Allah sangat dibutuhkan mengingat perjalanan da’wah yang begitu panjang dan banyak menemui tantangan. Kader yang mampu menjaga ritme semangat akan keluar sebagai pemenang. Kader-kader yang mengikuti MKK itulah yang kedepannya akan menempati peran-peran penting dalam kepengurusan KAMMI. Bukannya tidak mungkin kader yang sekarang terlihat biasa saja dan tampak tidak begitu pintar kedepannya bisa menempati posisi utama diKAMMI. Dan kemungkinan tersebut bisa menjadi kenyataan jika ia mampu menjaga ritme semangat dalam menjalani proses tarbiyah.

Menyambung Keistiqomahan Kader
Karena begitu pentingnya menjaga semangat dalam tubuh KAMMI, maka peran pengurus KAMMI menjadi sangat penting dalam menjaga keistiqomahan tersebut. kader baru bagaikan orang yang sedang meraba-raba mencari kebenaran. Atau dengan kata lain mereka butuh banyak bimbingan agar dapat menjadi kader yang diingini sesuai dengan Indeks Jati Diri Kader (IJDK) KAMMI.
Bimbingan tersebut dapat dilakukan melaui dua cara, yakni secara struktural maupun kultural. Bimbingan secara structural yang dilakukan oleh pengurusun bermacam-macam. Dan bimbingan tersebut dapat diterjemahkan melalui masing-masing amanah yang diampu oleh pengurus. Seperti pengecekan stabilitas halaqoh, mengikutkannya dalam program kerja kepengurusan dan lain sebagainya. Hal tersebut dimaksudkan agar kader baru memahami secara lebih mendalam konstitusi KAMMI maupun cara kerja gerakan ekstra parlementer tersebut.
Kedua adalah bimbingan secara kultural. Bimbingan seperti ini meenekankan adanya interaksi yang intensif antara pengurus dan anggota. Meskipun komunikasi tersebut tidak selalu dengan pertemuan secara langsung tapi juga bisa melalui SMS, telpon, jejaring sosial dan instrument komunikasi lainnya. Karena saya meyakini bahwa setiap kader mempunyai kesibukan masing-masing. Namun saya berharap hal itu tidak menjadi penghalang untuk terus menyambung silaturahim.
Komunikasi kultural tidak begitu memperhatikan jabatan struktur. Pengurus tidak boleh jaim terhadap semua anggotanya. Begitu juga sebaliknya seorang anggota tidak boleh minder, sungkan atau  mungkin takut untuk berkomunikasi dengan pengurus. Dalam komunikasi ini, kita berfikir bahwa semua kader adalah sama yakni satu keluarga. Komunikasi kultural dimaksudkan agar pengurus maupun anggota dapat memecah kebekuan ataupun tembok pemisah yang menghalangi keduanya. Sehingga akan terjalin hubungan kekeluargaan yang erat tanpa memandang struktur dalam organisasi. Saya peribadi terus mencoba berbaur dengan anggota dan meninggalkan perasaan jaim ataupun menjaga jarak. Dan saya juga merasa senang ketika ada anggota yang menyampaikan sesuatu ataupun curhat.
Tugas KAMMI begitu besar. oleh karenanya dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak dan berkualitas pula. Mengoptimalkan peran-peran yang ada akan memudahkan gerakan yang lahir pada era reformasi tersebut untuk mengawal pemerintahan dan memberikan kontribusi riil bagi masyarakat. di sisi lain KAMMI merupakan harokatud tajnid (gerakan kaderisasi). secara lebih rinci KAMMI menganut pemahaman kaderisasi integratif, artinya semua fungsi mempunyai tanggung  jawab terhadap proses tarbiyah yang syumul. oleh karena itu sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk memperhatikan proses penjenjangan kader sehingga melahirkan kader-kader yang kompeten sebagaimana tertuang dalam Visi KAMMI: sebagai wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan dalam upaya mewujudkan bangsa dan Negara Indonesisa yang islami.

8 Des 2011



Senin lalu rencana BPH KAMMI UIN melakukan silaturahim tokoh akhirnya terlaksana. Kunjungan yang diagendkan pukul 16.00 alhamdulillah berjalan dengan baik meskipun sempat terulur 30 menit. Kunjungan sore itu ke kediaman ustad Endri Nugraha Laksana yang jarak rumahnya tidak begitu jauh dari komisariat KAMMI UIN.. Tema silaturhim plus diskusi sore itu adalah “jamaah dan da’wah”.
                Kami yang datang berlima yakni saya, akh bayu (ketua rumpun DN), akh Samsul (Kadept, KP), ukht Ellya (Kabiro PO) dan akh Abdul (Kadept. SOSMAS) disambut ramah oleh ustad yang  sedang menjabat wakil ketua DPRD Sleman itu. saya mencoba memulai perbincangan dengan mengenalkan diri dan teman-teman. dan juga menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami yang baru kali pertama ini. satu persatu dari kami mulai memperkenalkan diri dengan bahasa renyah dan canda tawa. Maklum sang ustad juga terlihat familiar dan bisa diajak bercanda maka kami pun mencoba membuat suasana lebih rileks dengan guyonan sedapatnya.
                Ustad Nono, demikian panggilan akrabnya pun memperkenalkan diri sebelum memulai perbincangan. Jujur saya sendiri baru mengenal beliau sebatas nama, jabatan dan back ground beliau sebagai Kader PKS Jogja. Beliau juga menyampaikan tentang keluarga dan kediaman yang sedang dihuni. sembari memperkenalkan diri lebih dalam beliau ustad lima anak tersebut memulai diskusi.
                Pada awalnya kami sempat bingung dan hanya tersenyum malu karena apa yang disampaikan ustad ternyata berbeda dengan tema yang ingin kami diskusikan. Beliau tampak asyik berbicara tentang pernikahan. Teman-teman BPH yang masih lajang pun tampak tersenyum mendengar ulasan ustad. Sepertinya BPH ingin mengingatkan sang ustad untuk kembali ketema namun merasa sayang untuk meninggalkan pembahasan pernikahan ala ustad yang mempunyai sayu itu.
                Akhirnya akh bayu bertanya kepada ustad dengan maksud mengganti bahasan agar sesuai dengan tema yang diinginkan. Dan kemudian diskusipun benar-benar dimulai setelah ustad Nono mengajak kami untuk menikah diusia muda.
Karena diskusi antara kami dengan ustad mengalir begitu saja, sehingga apa yang disampaika menurut saya tidak berurutan. Namun saya mencoba menyampaiakan hasil diskusi tersebut dalam bentuk poin-point. Berdasarkan Tanya jawab antara BPH dan beliau.
Yang pertama beliau menjelaskan tentang keunggulan kalender hijriyah dibandingkan kalender masehi. Dalam kalender umat islam itu, pergantian hari dimulai ketika memasuki waktu maghrib. Jadi setelah magrib sudah memasuki hari selanjutnya. Berbeda dengan kalender masehi dimana pergantian hari dimulai setelah pukul 00.00. kalender yang dimulai sejak hijrah nabi SAW tersebut mengjak kita agar mampu berfikir futuristik. Setelah maghrib kita sudah diajak untuk memikirkan hari berikutnya. Tentu saja dimulainya waktu malam adalah waktu yang lebih kondusif untuk mulai merencanakan kegiatan. Karena waktu malam rutinitas manusia tidak seintens disiang hari.  
Kedua beliau memberikan rumus sederhana mengoptimalkan waktu. sebagai mahasiswa yang aktif dalam dunia da’wah, kita dituntut agar dapat maksimal dalam kuliah dan organisasi. Beliu menyampaikan agar dapat melakukan totalitas pada dua wilayah tersebut. “ketika sedang belajar” tutur beliau “belajarlah dengan sungguh-sungguh, dan tidak usah memikirkan agenda lain”. Beliau mengingatkan untuk fokus dalam kelas dan akademik 100%. Kemudian beliau melanjutkan “namun ketika sedang berorganisasi, maka bersungguh-sungguhlah mengerjakannya, dan tidak memikirkan hal lain”.
Ketiga, dalam peningkatan SDM atau kader. Beliau memberi contoh sederhana dalam kepanitiaan. Dalam sebuah kepanitiaan mengatur komposisi seksi atau bidang sangatlah urgen. jika komposisi dalam suatu bidang ideal maka keuntungannya adalah kepanitiaan akan berjalan dengan lancar dan kader akan lebih semangat untuk menjalankan kepanitiaan berikutnya. Misalkan untuk jabatan koordinator sie humas dapat ditempatkan orang yang belum loyal dengan da’wah. Namun kita juga menyiapkan kader yang dapat menghendel si koordinator tersebut. adanya jabatan kadang membuat orang menjadi lebih loyal terhadap da’wah. Adapun back up berfungsi agar kita dapat memastikan suatu sie dapat berjalan.
Keempat, beliau mengajak agar gerakan mahasiswa lebih cerdas menggerakkan roda organisasi maupun menyikapi isu yang beredar. KAMMI dalam hal ini selain berdemo diharapkan mampu memberikan tawaran atau ide yang ilmiah dan lebih aplikatif. Ustad Nono memberikan apresiasi kepada ikhwah KAMMI UGM yang membuat terobosan gerakan mengajar sampai mencuat di salah satu televisi swasta. Dan harapannya KAMMI UIN bisa melakukan tersebut meskipun dalam bentuk yang lain.
                Apa yang disampaikan ustad Sunono sangatlah berarti. Ilmu yang beliau sampaikan adalah berdasar pada pengamatan dan pengalamannya sebagai aktifis da’wah. diskusi terhenti karena adzan maghrib tiba. sebelum pulang ternyata Istri dari Ustad yang rumahnya sederhana itu telah menyiapkan menu berbuka, karena kunjungan kami bertepatan dengan tanggal 9 Muharam.
Terimakasih ilmunya ustad, semoga ini bisa menjadi bekal kami mengarungi belantara da’wah. dan terimakasih pula bubur kacang hijaunya. sungguh apa yang anda berikan sangat berharga bagi kami dan KAMMI.

Selasar Laboratorium Agama masjid UIN Jogja, Rabu, 7 Desemaber 2011. Pukul 17.20 WIB


               

6 Des 2011


Seusai sholat Maghrib, saya menemui tetangga kost satu asrama. Sebelumnya saya memang sudah mengagendakan untuk  bertemu dan berdiskusi dengannya. Diskusi kali ini bukan tentang akademik atau organisasi, melainkan tentang kondisi personal. Kalau hal ini dibilang curhat bisa jadi, karena dalam forum yang Cuma diisi dua orang ini terjadi suasana saling menilai.
Dia mengatakan tentang kepribadian saya dan sikap teman-teman terhadap perilaku saya. Mulai dari permasalahan yang pernah muncul sampai pada kejadian hari kemarin. Sebelumnya saya memang mengatakan padanya untuk berdiskusi secara terbuka dan menyampaikan apa adanya. dan akhirnya diapun meluapkan semua unek-unek yang ada di kepalanya perihal akhlak saya. Semua disampaikan dengan jelas tanpa ada ragu dan resah.
Intinya teman satu organisasi saya itu ingin meminta klarifikasi kepada saya. Dan mungkin lebih dari itu, ia ingin mensehati dan ingin ‘menyempurnakan’ saya. Semua ucapannya saya terima, meskipun dengan beberapa kata yang agak pedas. Saya hanya tersenyum, mencoba menjadi pendengar yang baik atas apa yang disampaikan adik kelas ku itu. setelah kalimatnya berhenti, saya mencoba menjawab. Sayapun mulai mengatur mimik dan mulai memilih kata. Saya mencoba memilih kalimat dan jawaban yang paling tepat agar tidak dianggap berapologi, menyangkal bahkan malah menyakitinya.
Dalam diskusi saling saran itu, kita bisa memahami bahwa komunikasi itu sangat penting. Kita tidak tahu dimana letak kekurangan kita jika tidak ada orang lain yang menyampaikannya. Dan tidak perlu merasa direndahkan atau dilecehkan ketika kalimat-kalimat yang dianggap tidak mengenakkan itu meluncur menembak perilaku keseharian kita. Kita tidak perlu juga membalas dengan sebuah sanggahan apalagi dengan makian. Menjadi lebih bijak ketika kita mau mendengarkan dan menutupnya dengan sebuah kalimat terimakasih karena sudah diingatkan.
Namun dalam kenyataanya tidak sedikit orang yang mau berkomunikasi secara terbuka menyampaikan apa yang mengganjal dalam benaknya. Mereka lebih memilih diam atas apa yang dilakukan temannya, meskipun sebenarnya itu merugikan dirinya dan orang lain. Diamnya itu bukan berarti sabar, namun diamnya lebih karena ingin menyimpan dendam. Kemudian sikap alpa temannya itu ia jadikan arsip dalam fikirannya yang kemudian bisa ia keluarkan sewaktu-waktu untuk menjadi referensi balas dendam ketika dia dalam kondisi terdesak.
Yang lebih bahaya lagi, ketika keburukan temannya itu ia sampaikan didepan umum. Dan tanpa sepengatahuan teman yang dianggap telah melakukan kesalahan tersebut. hal itu tentu saja akan memperkeruh keadaan. Menyampaikan keburukan temannya dengan cara mempertontonkannya di deppan seperti menggelontorkan bola liar, ia bisa ditangkap oleh siapapun termasuk orang yang tidak bertanggung jawab ketika mengknsumsi keburukan tersebut. dan sekali lagi hal itu tidak menghadirkan solusi tapi malah membunuh karakter teman kita.
Dalam bersosialisasi dan bermasyarakat kesalahan itu mutlak ada. Tidak ada seorang pun yang luput dari kesalahan. Kesalahan tersebut bisa terjadi satu kali dan tidak jarang terjadi secara berkali kali. Semakin sering kita berkomunikasi maka akan semakin berpeluang pula kita melakukan kesalahan.
Namun kesadaran bahwa tidak ada manusia yang sempurna akan mengarahkan kita pada sikap bijak. Membawa kita pada sebuah pemahaman bahwa kelak anda akan melakukan kesalahan begitu juga saya. Kita juga akan sadar bahwa dulu saya pernah salah dan begitu juga saya. Maka sikap bijak kita sebagai individu yang membutuhkan orang lain akan menjadikan kita dapat memaklumi kesalahan yang diperbuat dan berusaha untuk saling memperbaiki.
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan yang kemudian akan menghasilkan feedback dari komunikan kepada komunikator kembali. Ada baiknya bila antar komunikator dan komunikan ini saling memahami apa tujuan dari komunikasi ini. Timbulnya “noise” juga merupakan salah satu proses komunikasi. Sebaiknya antara komunikator dan komunikan menggunakan bahasa yang baik dan dimengerti antara satu sama lain.
Mengkomunikasikan kesalahan yang dilakukan teman kita adalah bukti dari sebuah kesadaran bahwa kita harus saling memperbaiki. Tentu saja mengkomunikasikan kesalahan kepada pelakunya bukanlah suatu kesalahan bahkan hal ini adalah kewajiban. Dalam islam komunikasi seperti itu disebut dengan tabayun atau klarifikasi kepada orang yang bersangkutan.
Namun demikian tentu saja ada etika dalam dalam penyampaian pesan baik itu. meminimalisir kata-kata yang dapat menyakiti lawan bicara haruslah diperhatikan. Di sisi lain penyampaian secara lemah lembut akan memudahkan diterimanya isi pesan kepada komunikan. Karena bisa jadi kebenaran yang kita sampaikan kepada komunikan tidak dapat tersampaikan karena berbalut dengan kata yang kasar dan tidak konstruktif.
Kemudian kritik dan saran yang disampaikan haruslah bertanggung jawab. Apa-apa yang disampaikan bukanlah sesuatu yang berlebihan. Sehingga teman kita akan menyadarinya. Namun kritik yang berlebihan akan seperti menghakimi kemudian menjadikan teman kita merasa down dan merasa sangat bersalah. Apalagi ketika kritik yang disampaikan adalah sebuah kebhongan dan hanya ingin balas dendam tentu saja teman kita tidak hanya down  tetapi malah akan melawan. Akhirnya berujung pada  suasana saling menyalahkan tapa kontrol.
Yang terakhir, komunikasi tersebut haruslah berdasarkan nilai-nilai ukhuwah. Kita ingin mengkritik teman kita karena kita sayang kepadanya. Kita ingin memberi saran kepada teman kita karena menginginkan ia menjadi sosok yang lebih baik. sehingga dengan bahasa ukhuwah setiap kata yang keluar serasa angin sepoy-sepoy yang menyejukkan suasana dan bukan seperti api yang membuat suasana menjadi panas. Dan akhirnya Susana saling saran itu menjadikan kita insan yang sempurna secara individu dan social. Dan Suasana saling saran itu menjadi cara kita membangun sebuah peradaban.
 Komisariat KAMMI UIN, 7 Desember 2011. Pukul 00.34

4 Des 2011


Pada saat mata kuliah Filsafat Hukum Islam sedang berlangsung, seorang mahasiswa bertanya tentang tema yang disajikan pemakalah dengan judul "sumber-sumber Hukum islam" . Mahasiswa semester lima itu bertanya “apakah Taurat dan Injil yang merupakan kitab nabi Musa AS dan nabi Isa AS”, tanyanya setelah dipersilahkan moderator, dia melanjutkan ”bisa dijadikan sebagai salah satu sumber hukum islam?”.
Sontak suasana perkuliahan menjadi riuh dengan nada tawa dan bertanya-tanya. Pertanyaan seputar kebolehan dua kitab suci sebelum Nabi Muhammad sebagai rujukan hukum Islam itu dianggap aneh dan kontroversial. Setelah suasana sedikit mereda moderator pun menjawab “sebelumnya terimakasih atas pertanyaanya, kami tidak tahu apakah pertanyaan itu muncul hanya karena ingin mencari sensasi ataukah karena ingin mencari jawaban”. Papar moderator menyambut pertanyaan tersebut.
Beberapa mahasiswa mulai mengangkat tangan kemudian menyampaikan argumennya. Dan suasana diskusi berlangsung. Mahasiswa yang mempunyai pertanyaan tadi terus bertanya-tanya atas beberpa jawaban yang disampaikan beberapa mahasiswa lain. Sesekali ia menyampaikan bantahan dengan mengatakan “mari kita belajar objektif dengan melihat juga kitab Taurt dan Injil, sehingga kita juga bisa mengetahui apakah kitab tersebut benar atau tidak, saya yakin ada banyak kebenaran dalam dua kitab tersebut”. Namun semua jawaban atas pertanyaan mahasiswa tadi tertuju pada satu kalimat “tidak bisa!!”. Mereka mejawab Tidak bisa kitab tersebut menjadi rujukan atau seumber bagi hukum islam. Karena Alquran yang dibagawa oleh Muhammad SAW merupakan kitab yang sempurna dan terjaga keasliannya. Kemudian sebagai penutup membantah argument penanya “sementara Taurat dan Injil sudah tidak terjaga keasliannya dan dua kitab itu sudah tidak zamannya”. 
Jawaban-jawaban yang dipaparkan tentu saja benar. Karena argumentnya dari satu perspektif yakni ajaran agama islam dan karena semua peserta diskusi beragama Islam. Namun yang diinginkan si penanya bukanlah jawaban yang demikian, bukanlah jawaban yang disampaiakan lewat satu perspektif saja. Namun jawaban dan sanggahan yang diinginkan adalah jawaban yang bisa diterima semua orang. Jawaban yang bisa diamini oleh umat Kristen, katolik, hindu, budha. Begitu juga dengan agama dan kepercayaan lain. Bahkan seorang atheis pun dapat menerima jawaban tersebut. Ya, jawaban yang diinginkan adalah jawaban yang rasional, jawaban yang bisa dipahami oleh akal manusia. Dan keinginan tersebut tidak muncul dari setiap jawaban yang terlontar.
Kesulitan memberikan jawaban rasional bukan hanya menjadi masalah bagi peserta diskusi di ruangan 10 X 12 M persegi tersebut. bisa jadi sebagian besar umat muslim sedunia juga mengalami kesulitan untuk menjelaskan bahwa Al-quran adalah kitab yang benar dan untuk semua umat manusia. Dan itulah sebabnya meskipun umat islam banyak dari segi kuantitas tetapi lemah dalam kualitas.
Pertanyaan tersebut memacu dan menguji keyakinan dan pemahan kita tentang kebenaran dan keaslian Al-Quran. Kita dituntut tidak hanya meyakini Al-quran tetapi juga mampu menyampaikan kebenarannya kepada dunia yang dihuni beragam agama. Bahkan lebih dari itu pertanyaan yang menggugah itu  mengajak kita untuk membuktikan kebenaran kitab Suci nabi terakhir itu dengan sebuah bukti nyata bukan sekedar wacana dan orasi. Wallahualam bissowab.

24 Nov 2011


Manusia sebagai mahluk sosial tidak pernah terlepas dari kehidupannya sehari-hari. Islam pun banyak menyeru kaum untuk memperhatikan wilayah-wilayah social. Dalam hal ibadah seperti kewajiban Sholat secara berjamaah. sholat yang diikuti oleh lebih dari dua orang itu secara sosial mengajarkan manusia untuk hidup bersama. Begitu juga dalam hal muamalat. Banyak ayat Alquran maupun hadist yang menjelaskan tentang zakat, infak sedekah, menyatuni anak yatim, dan lain sebagainya. Dalil-dalil tersebut adalah tuntutan untuk hidup lebih baik secara sosial.
Anak yatim adalah anak yang ditinggalkan mati ayahnya selagi ia belum mencapai umur balig. Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan tersendiri. Mereka mendapat perhatian khusus dari Rasulullah saw. Ini tiada lain demi untuk menjaga kelangsungan hidupnya agar jangan sampai telantar hingga menjadi orang yang tidak bertanggung jawab.
Nabi Muhammad yang anak yatim piatu  memeritahkan para sahabat dan kaum muslimin untuk menyayangi dan menyantuni anak yatim. Dalam hadist yang yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Thabrani beliau bersabda “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.”
KAMMI sebagai gerakan sosial Independen juga konsen dalam masalah sosial kemasyarakatan. Selain melakukan kegiatan peningkatan nalar intelektual, KAMMI juga mempunyai segudang aktifitas untuk memperbaiki permasalahan riil masyarakat. Seperti penggalanan dana untuk bencana alam, pembinaan agama, pemberdayaan masyarakat, menyantuni fakir misin dan anak yatim dan lain sebagainya.
“KAMMI berbagi dibulan cinta” adalah salah satu program KAMMI yang ditujukan untuk menyantuni anak yatim piatu. Kegiatan amal ini akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2011 di Panti Asuhan yatim piatu dan Fukara “arrahman” Magelang.
Dalam acara yang akan diadakan dari pagi hingga sore tersebut yakni:
1.      Khutbah iftitah
Ceramah pengantar untuk mensosialisasikan maksud dan tujuan adanya kegiatan “satu hari bersama anak yatim”.  Di isi oleh pak jeje Jaelani (Motivator).
2.      AMT (Achievement Motivation Training)
Motivasi yang diberikan kepada penghuni yayasan untuk terus maju menatap masa depan dengan karya gemilang. Sebuah upaya pencerahan untuk menggugah potensi dan daya ledak kecemerlangan.
3.      Makan dan nonton bareng anak yatim
Untuk menggugah rasa empati, pengurus KAMMI akan mengadakan makan bersama anak yatim. Nonton bareng diharapkan dapat menghadirkan keceriaan dalam kebersamaan.
4.      Telling story
Cerita renyah, unik, inspiratif dan edukatif. Sebuah sajian yang akan didongenkan oleh pendongeng professional kak Andi.
5.      Nasyid
Sambungan dari acara Telling Story untuk menambah semarak dan keceriaan anak-anak.
6.      Pemberian bantuan-bantuan donator dan kenang-kenangan kepada pihak panti asuhan.

Segudang acara mulia tersebut akan lebih bermakna dengan adanya uluran tangan dari para donator dan mayrakat umum. Donasi bisa disalurkan melalaui rekening 1207 036 267 atas nama Firas Bysi. Atau dapat langsung diantarkan ke Komisariat KAMMI UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, Perum Polri Gowok Blok C IV 144 Depok Sleman YK.  
Donasi anda akan sangat berarti bagi mereka, seberapapun besarnya. Mari kita sambung kebahagian mereka meski hanya untuk satu hari. Semoga Allah SWT memudahkan urusan kita dan melapangkan rezki untuk hambanya yang bertaqwa. Amin.

NB: KAMMI juga menerima pakaian layak pakai, sembako dan barang-barang keperluan lain. Dan diutamakan untuk keperluan anak-anak.

  

19 Nov 2011

PENYAKIT HATI

0

 (disampaikan oleh ust. Agus Sudrajat dalam materi kedua mabit)
Alhamdulillah wa solawat ila rosulllah solallahualaihiwasalam…
Ihwah fillah rohimakumullah berbicara penyakit-penyakit dalam da’wah sebenarnya bisa kita temui dalam materi “yang berjatuhan dalam da’wah”. Da’wah ini dipegang oleh sekumpulan manusia bukan sekumpulan malaikat. Karna kita bukan malaikat, maka dalam da’wah kita akan menemui perasaan lemah, lesu dan futur dan hal itu dianggap wajar. Namun kita memiliki kesiapan untuk mengobatinya. Rasa futur itu diantara lain:
Yang pertama adalah kefuturan dalam aqidah yakni adanya pergeseran dalam orientasi hidup. Ketika kita diamanahi pada jabatan besar seperti bupati, gubernur bahkan president maka ini dapat menyebabkan bergesernya orientasi hidup. Ketika mendapat jabatan, kadang ada tujuan-tujuan lain selaindari pada allah swt. Kita akan bergerak dan berda’wah hanya karena ada si A dan lain sebagainya.
Yang kedua adalah futur dalam dimensi ibadah. Hal ini terjadi karena lemahnya mutabaah yaumiyah. Oleh karenanya kita harus memutabaah diri kita sampai pada hal-hal yang kecil dan mungkin dianggap sepele. Mutabaah adalah kegiatan yang harus terus dibudayakan dalam gerakan kita. Bisa jadi seorang kader yang kuat pengorbanannya dalam medan juang namun lemah dalam ubudiyah maka ia akan mengalami kefuturan.
Yang ketiga adalah kefuturan dalam fikriyah. Kita sekarang sudah agak sulit menemui diskusi-diskusi yang dilakukan para ikhwah. Oleh karenanya minimnya tradisi membaca, diskusi dan menelaah
Dapat yang menyebabkan kefuturan.

hal-hal yang dapat menyebabkan kefuturan:
yang pertama yakni Berlebihan dalam agama. Biasanya ini terjadi di akhir bulan ramadhan ketika seorang kader bersemngat mengejar “setoran”. Akhirnya hal itu menyebabkan rasa lelah dan bosan.
Yang kedua adalah berlebihan dalam hal-hal yang mubah. Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan dalam syariat seperti makan, minum, dan lain sebagainya. Namun hal itu bisa menjadi makruh dan bahkan mungkin haram, jika hal itu dilakukan secara berlebihan. Dan hal itu akan menyebabkan kefuturan.
Yang ketiga penyebab future adalah melepaskan diri dari jamaah. Dia memilih sendiri dan tidak mau bergabung dalam agenda-agenda jamaah seperti mabit, dauroh dan lain sebagainya. Bahkan yang lebih parah adalah ia tidak mau bergabung dalam da’wah. Oleh karenanya jangan sekali-sekali meninggalkan jamaah. Karena lebih baik berkumpul pada orang-orang biasa saja dari pada merasa pintar sehingga memutuskan untuk sendiri saja.
Yang keempat adalah sedikit mengingat akhirat, Sedikit dzikrul maut. Sedikit dari kita yang mengingat mati.
Yang kelima adalah melalaikan amalan siang dan malam. Maksudnya kita selalu disibukkan dengan agenda-agenda rapat sampai kita merasa cape dimalam hari dan lupa untuk melakukan ibadah.
Yang keenam adalah masuknya barang haram dalam perut kita. Jangan sampai kita membudayakan kebiasaan mengambil barang orang lain tanpa izin. Terkadang kita meminjam buku dengan akad satu minggu akan dikembalikan namun sampai satu tahun tidak kunjung dikembalikan. Atau dalam kepanitiaan ketika menggunakan barang umum.
Yang ketujuh tidak menyiapkan diri untuk menerima tantangan. Ketika kita mempunyai target tapi kemudian dalam perjalanan mengalami banyak tantangan malah menyebabkan kita lemah dan futur. Tantangan itu pasti akan datang oleh karenanya kita harus senantiasa bersiap.

Obat-obat atau cara mgataso kefuturan
1.       Tadzkiyatunnafs, makanya kita harus menjauhi kemaksiatan. Seperti pada era digital ini kadang penggunaan media digunakana untuk hal-hal yang lain. Seperti penggunaan face book atau HP secara berlebihan.
2.       Meningkatkan nutrisi otak
3.       Mengintai waktu-waktu yang baik. Seperti menyempatkan diri mengikuti mabit. Meskipun dalam keadaan sulit. Tapi mari kita paksa untuk mabit, tilawah, qiyamullail dan amalan lainnya.
4.       Melazimi jamaah atau terbiasa hidup berjamaah. Jangan biasa menyalahkan jamaah atau menyalah setiap personal dalam jamah. Namun mari kita mengevaluasi diri dan terus bekerja
Mari kita lalui jalan da’wah ini dengan penuh kesabaran. Terus istiqomah dalam kebaikan. Dan jangan sampai kita terpental ataupun terlempar dari jalan da’wah ini.

Di akhir tausiyah ustad, Agus Purnomo menyampaikan bahwa istri beliu telah menjadi staf ahli bidang kontrak di kementrian sosial. Alhamdulillahirobbil alamin…… 
Masjid Alfalah Gendeng, 20 Nov 2011. Pukul 05.15

MAKNA UKHUWAH

0
MAKNA UKHUWAH
(disampaikan oleh ustad Arfiyansah dalam mabit
semua pengurus ikhwan KAMMI UIN SUKA)
Alhamdulillah amma ba’du . . .
Kedatangan kita kemari adalah untuk memikirkan sesuat yang besar. Kita datang kemari untuk satu tujuan yakni Alla SWT.  bahwa kita datang kemari untuk mengikuti sunnah rosulullah SAW.
Sebelum kita mulai, mari kita saling senyum dan bersalaman kepada teman di samping kita. Dalam perjalanan hidup kita, mungkin kita akan menemui orang yang kita anggap menjengkelkan, tapi ketika kita menimbangnya dengan kebaikan-kebaikannya maka kita akan menemui bahwa kebaikannya akan jauh lebih banyak.       
Kalimat ikhwan, ikhwah dan akh itu mempunyai perbedaan. Jikalau akh itu adalah persaudaraan karena nasab kalau ikhwan itu bentuk jamak dari akh, namun ikhwah lebih luas dari pada saudara senasab. Ikhwah adalah persaudaraan karena keimanan.
Dalam Al-quran Allah SWT berfirman “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (al-hujarat ayat 10).
Pertama bahwa kita adalah bersaudara dan kita harus menyatukan saudara kita yang sedang bertikai. Untuk mendamaikan perselisihan itu maka kita harus mengingat kebaikannya dan menutupi aibnya. Dalam sebuah hadis disampaikan bahwa barang siapa membuka aib saudaranya di depan umum maka Allah akan membuka aibnya sebelum dia meninggal. Begitulah pentingnya ukhuwah untuk menyambung persaudaraan sehingga menjadi komunitas.
Setiap orang pasti mempunyai perbedaan, begitu juga dalam kehidupan berorganisasi kita akan menemui banyak perbedaan. Jikalau kita bertikai dalam sebuah organisasi itu hal yang biasa kecuali ketika pertikaian itu menjadikan kita berpecah maka itulah musibah. Allah SWT dalam ayat suci alquran melarang kita membuka air orang lain.
Beruntunglah orang yang selalu disibukkan dengan aib sendiri dari pada ia sibuk dengan melihat aib orang lain”. Kemudian Allah SWT juga berfirman “wala talmidzu anfusakum”  jangan kamu menghina dirimu sendiri dan jangan memanggil orang lain dengan sebutan yang buruk. Dalam siroh, Bilal pernah bertanya ketika melihat Rosulullah SAW sujud begitu lama. Kemudian Rosulullah saw bersabada bahwa 1 diantara 3 doanya tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Doa tersebut yakni tentang permintaan beliau agar umatnya tidak mengalami perpecahan.
Jangan berharap kita mendapat pujian dari orang lain, Karena Allah SWT selalu melihat perbuatan kita. Ketika kita menjadi ketua, koordinator ataupun anggota sesungguhnya kita telah menempati posisi yang strategis. Yang perlu kita lakukan adalah memaksimalkan amanah-amanah yang diemban.  Maka teruslah bekerja dan jangan pernah mengharap pujian dari orang lain.
Hari ini kita tidak bisa melihat amalan  kita, namun ketika allah swt membuka catatan amal kita maka kita akan tercengan. Dalam suatu riwayat pernah ada orang yang biasa-biasa saja namun ketika dihisab ia mendapat pahala yang besar. Ia mendapat pahala seorang ulama meskipun dia bukan ulama, ia mendapat pahala pemimpin yang berhasil memajukan pemerintahan menjadi sejahtera padahal dia bukan pemimpin negara. Semua itu terjadi karena dia telah mendidik seseorang menjadi ulama, mendidik seseorang menjadi pepmimpin yang baik, dan mendidik banyak orang lainnya.
Allah SWT melarang kita untuk tidak banyak bersangka-sangka. Bisa saja ketika kita melihat salah seorang teman kita tidak hadir dalam suatu  rapat maka ulama mengajarkan untuk memberi  alasan-alasan baik kenapa orang tersebut tidak datang. Sebagai seorang muslim harus tetap khusnudzon tetapi harus diberangi dengan waspada. Artinya ketika dia tidak hadir maka kita harus bertabayun atas ketidak hadirannya. Jika ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat, kita harus support, jika ia lalai ingatkan. Karena Allah SWT juga melarang kita untuk membicarakan aibnya.
Jika dalam sebuah organisasi terdapat permasalahan maka musyawarahkanlah baik-baik. Bila terjadi ketimpangan dalam wilayah kerja maka coba setiap koordinator bertemu dengan staf-stafnya dan mengevaluasi diri dan kemudian melakukan islah atau Melakukan perbaikan.
Hal penting yang haru diingat bahwasannya tidak semua anggota organisasi mengetahui setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin. Atau pembicaraan pemimpin dan petinggi-petingginya. Ini adalah kode etik dalam sebuah organisasi atau pemerintahan, ada hal-hal yang bukan konsumsi publik. Sebagaimana Rosulullah ketika akan melakukan fathu mekkah beliau hanya membicarakannya dengan aisyah dan tidak membicarakannya kepada yang lain termasuk Abu Bakar. Dan hal itu bukanlah suatu aib atau dosa namun ia adalah etika.
Dan dalam kisah fathu mekkah itu ketika pasukan sudah siap maka Rosulullah kemudian menyampaikan kepada khalayak ramai bahwa beliau akan berniat menyerang mekkah. Begitu juga dalam organisasi mungkin ada rahasia yang tidak bisa dibeberkan kepada siapapun sampai datang pada waktunya.
Untuk meningkatkan kualitas dalam jamaah maka ada empat hal yang harus diperhatikan yakni:
1.      Jaga lisan dan jaga perbuatan
2.      Jaga baik sangka namun tetap baik sangka
3.      Jagalah hak-hak mereka
4.      Jaga sikap saling menghormati.
Hal-hal yang perlu dihindari diantara lain:
1.      Jangan buruk sangka dan  jangan sampai membunuh karakter
2.      Jangka mendzolimi orang lain atau saudara-saudara kita
3.      Hindari dendam kepada saudara kita
4.      Hindari memberi amanah yang tidak bisa dipanggul oleh bawahannya.
Rosulullah meminta agar menebar salam. Salam yang dimaksud bukan sekedar mengucapkan salam biasa yang kadang tidak berisi. Namun salam yang disampaikan dengan ikhlas . tanyakan bagaimana keadaanyya, keluarganya dan lain sebagainya.
Wallahualam bissowab….  
 Sebelum menutup taujihnya, ustad yang pernah menunutut ilmu di Libya itu  meminta kepada seluruh peserta mabit ikhwan untuk mentadabburi ayat-ayat yakni:
1.      Al hasr ayat 18
2.      At taubah ayat 46
3.      Maksimalisasi  surat al-ankabut ayat 69
4.      Dan buahnya adalah surat Fusilat ayat 30
Masjid Al-falah Gendeng, 19 Nov 2011

Dalam pembahasan ijithad kita harus mengetahui bahwa tidak semua permasalahan harus diterjemahkan atau dicari solusinya dengan cara Ijtihad. Hal ini kemudian menjelaskan bahwa tidak semua hokum islam adalah produk dari pada Ijtihad. Maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukum islam terbagi menjadi dua bagian. Yakni hukum islam yang bukan merupakan ijtihad dan hokum islam yag merupakan hasil dari pada ijtihad.
Hukum islam yang bukan merupakan hasil ijtihad adalah hukum-hukum yang bersifat “Qathiyyat”. Yaitu hukum-hukum yang ditetapkan oleh dalil-dalil yang tegas dan konkret, tidak mengandung kemungkinan untuk diberikan penafsiran logika.[1]
 Misalnya seperti aqidah, kewajiban Sholat, Puasa, Zakat dan lain sebagainya. Semua itu sudah qath’i dan tidak ada ruang ijtihad di dalamnya. Seperti 4 rekaat sholat dhuhur karna hal-hal tertentu kemudian para ulama berijtihad untuk merubah dari 4 rekaat menjadi 2 rekaat atau 1 rekaat. Hal tersebut tidak benar jika dilakukan. Oleh karenanya timbullah Qaidah yang artinya “tidak boleh mengadakan ijtihad pada suatu masalah dimana telah ada nash yang tegas”[2]
Ruang lingkup Ijtihad merupakan bahasan-bahasan apa saja yang masuk atau boleh untuk dilakukannya ijtihad. Syeikh Muhammad Al-madani menjelaskan bahwa Ruang ligkup ijtihad adalah  Hukum-hukum atau penalaran yang tidak ditetapkan secara jelas dan qat’i baik periwatannya maupun artinya.[3]
Ruang lingkup ijtihad ialah furu' dan dhoniah yaitu masalah-masalah yang tidak ditentukan secara pasti oleh nash Al-Qur'an dan Hadist. Hukum islam tentang sesuatu yang ditunjukkan oleh dalil Dhoni atau ayat-ayat Al-qur'an dan hadis yang statusnya dhoni dan mengandung penafsiran serta hukum islam tentang sesuatu yang sama sekali belum ditegaskan atau disinggung oleh Al-qur'an, hadist, maupan ijma' para ulama' serta yang dikenal dengan masail fiqhiah dan waqhiyah.
Adapun ruang lingkup ijtihad adalah sebagai berikut:
1.Hukum yang dibawa oleh nash-nash yang zhanny, baik dari segi wurud-nya maupun dari segi pengertiannya (dalalah) yaitu hadis ahad. Sasaran ijtihad ini adalah dari segi sanad dan penshahihannya serta hubungannya dengan hukum yang akan dicari.
2. Hukum yang dibawa oleh nash qath’i, tetapi dalalahnya zhanny, maka obyek ijtihadnya hanya dari segi dalalahnya saja.
3. Nash yang wurudnya zhanny, tetapi dalalahnya qath’i, maka obyek ijtihadnya adalah pada sanad, kesahihan serta kesinambungannya.
4. Tidak ada nash dan ijma’, maka di sini ijtihadnya hanya dilakukan dengan segenap metode dan cara.
Kemudian dalam ijtihad peristiwa-peristiwa yang dihadapi haruslah peristiwa yang hukumnya tidak terdapat dalam nash. Dan berdasarkan ini, maka ruang ijtihad dapat meangkum kegiatan-kegiatan panggilan hukum bagi peristiwa-peristiwa hukum baru pada saat tidak terdapatnya nash. Hal itu dilakukan dengan jalan berpegang pada tanda-tanda yang telah dipancangkan sebagai petunjuk bagi hukum, seperti Qiyas atau Istislah.[4]  
berijtihad dalam bidang-bidang yang tak disebutkan dalam Al-qur'an dan hadist dapat ditempuh dengan berbagai cara :
  1. Qiyas atau analogi adalah salah satu metode ijtihad, telah dilakukan sendiri oleh rosulullah SAW. Meskipun sabda nabi merupakan sunah yang dapat menentukan hukum sendiri
  2. Memelihara kepentingan hidup manusia yaitu menarik manfaat dan menolak madlarat dalam kehidupan manusia. Menurut Dr. Yusuf qordhowi mencakup tiga tingkatan:
1.      Dharuriyat yaitu hal-hal yang penting yang harus dipenuhi untuk kelangsung hidup manusia.
2.      Hajjiyat yaitu hal-hal yang dibutuhkan oleh manusia dalam hidupnya.
3.      Tahsinat yaitu hal-hal pelengkap yang terdiri atas kebisaan dan akal yang baik[5]
Daftar pustaka:
Abbas al-dzarwy, Ibrahim,1993.  Teori Ijtihad dalam hukum islam. Semarang: Dina Utama Semarang
Al-Quranulkarim
Amir Mualim dan Yusdani,1997. Ijtihad (Suatu Kontroversi Teori dan Fungsi). Yogyakarta: Titian Ilahi Pres
A Rahman, Asmuni. 1978. pengantar kepada ijtihad. Jakarta: Bulan Bintang
Yusuf Qaradhawi,dkk, 1987. dasar-dasar pemikiran hukum islam. Jakarta: Pustaka Firdaus
http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/makalah-ijtihad.html



[1] Yusuf Qaradhawi, Muhammad Madani, mu’inudin Qadri, dasar-dasar pemikiran hukum islam, hal 1
[2] Asmuni A Rahman, pengantar kepada ijtihad, hal 9
[3] Amir Mualim dan Yusdani, Ijtihad (Suatu Kontroversi Teori dan Fungsi), hal 60
[4] Ibrahim Abbas al-dzarwy, Teori Ijtihad dalam hukum islam hal 32.
[5] http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/makalah-ijtihad.html

16 Nov 2011

Cinta merupakan fitrah manusia. Setiap diri manusia pasti ada cinta, sekecil apapun rasa itu. Energi cinta  seperti percik api yang dapat membesar dan membakar setiap yang dilewatinya.  cinta tidak hanya melekat pada mahluk karena ternyata sang khalik pun sang pencinta, seperti syair yang dilantunkan dalam lagu opick yang syahdu “Allah cinta pada orang beriman.” Itulah cinta Allah.
Dalam sejarah kepahlawanan kita akan menemui sisi lain dari jiwa mereka. Sisi lain dari kedalaman ilmunya, semangat berjuangnya, ketaatannya pada sang pemilik cinta dan keitiqomahannya menebar rahmat. Ya kita juga akan menemui mereka  sebagai seorang pencinta. Atau setidaknya mereka pernah melalui masa-masa cinta pada sisi kemanusian. Seperti cinta Rosulullah terhadap kampong halamannya. atau kisah pilu perjalanan pembaharu islam abad dua puluh Sayd Qutb.
Lantas bagaimana ketika seorang aktifis jatuh cinta?. Padahal perjuangan mereka masih jauh dari derita Rosulullah atau tidak sepadan dengan perjuangan sayd Qutb melahirkan tafsir Fii dzilalil Quran dalam jeruji besi. Tidak, tidak ada yang salah di sini, tidak ada yang salah ketika pemuda berjenggot dan wanita dengan jilbab besar itu mengalami masa-masa cinta dalam kehidupannya sebagai aktifis. Tidak ada yang salah ketika cinta tumbuh pada tataran kemanusiaan. Karena cinta adalah anugrah Allah dan karena mereka punya hak untuk mencintai.
Dalam buku Serial Cinta Anis matta beliau mengungkapkan “Sepasang aktivis itu datang menemui saya dengan mata berbinar. Binar cinta yang bersemi di mushalla kampus dan dibangku kuliah dan di arak-arakan jalanan demonstrasi untuk reformasi. Ditengah badai politik itu cinta mereka bersemi.”. intensitas bertemu dalam ruang-ruang rapat, kepanitaan dan aksi jalan menumbuhkan perasaan lain dari sisi cintanya. Selain bertambahnya rasa cinta kepada da’wah dan Allah. Muncul rasa cinta yang kita malu malu untuk mengatakannya. Ya itu wajar saja cinta bersemi diantara mereka karena intensitas bertemu dan berkomunikasi.
Di sini terjadi pertarungan, terjadi dua cinta yang bertengkar antara cinta vertikal dan cinta horizontal. Dalam kecamuk jiwa yang sedang dipenuhi dua rasa cinta. Cinta vertical mengajak kita untuk patuh dan tunduk kepada Allah serta perintah dan larangannya. Cinta horizontal berbisik kepada kita untuk mengatakan rasa hanya untuk mereka yang special.
Kita memang harus berhati-hati ketika bicara cinta horizontal karena dalam perjalannya  dapat berakhir pada kebinasaan dan Murka sang Pemilik cinta. Namun kemampuan kita mengolah cinta Horizontal akan mengantarkan para pelakunya pada satu ujung: cinta kepada Allah.
Kecintaan Allah kepada mahlukNya diuraikan dalam sebuah ayat Alquran” Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).” Inilah cara Allah menyatukan hambanya diantara cinta Horizontal dan cinta vertical. Agama yang manusiawi ini memerintahkan kepada mereka yang sedang dilanda badai cinta untuk mengakhirinya pada sebuah ikatan mulia.
Biarkan rasa cinta itu ada dalam setiap raga, biarkan perasaan itu tetap hitup. Cinta itu tidak akan kemana, dan si dia pun tidak akan kemana. Allah telah menentukan yang terbaik untuk kita.  Sambil menunggu saatnya tiba dan untuk menenagkan hati para pecinta, biarkan ayat cintaNya berbicara :Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
 Semua yang telah kita rasakan kemudian kita sampaikan kepada Allah SWT melalui doa-doa.. Dalam sujud-sujud panjang dalam kesunyian kita serdoa agar Allah memberi ketenangan pada hati yang sedang gundah. Kita serahkan kepada sang penggemgam hati untuk senantiasa menjaga hati kita. Dan sekarang mari lanjutkan perjalanan cinta yang kita semaikan dalam da’wah dan  sekarang mari kita bertakbir kembali.

13 Nov 2011



Sekitar pukul 13.00 WIB tadi (12 November 11) ketika saya  membaca harian KOMPAS, datang seorang pemuda berambut gondrong ke Komisariat KAMMI tempat dimana saya tinggal. saya yang sedang membaca Koran sambil minum segelas air Es mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. setelah memperkenalkan nama, ia mngutarakan maksud dan tujuannya datang ke komsisariat. Ternyata ia hendak meminjamkan buku kepada teman satu tempat tinggal saya. Mas bambang begitu saya memanggilnya adalah mahasiswa UII yang ternyata aktif juga dalam pergerakan mahasiswa. Sambil menunggu temanku, kami berdua mulai berdiskusi seputar gerakan mahasiswa.   
Universitas Islam Indonesia (UII) tempatnya mengenyang pendidikan mempunyai iklim gerakan mahasiswa tersendiri. Beliau memaparkan bahwa di sana bercokol rezim mahasiswa yang sudah lama menduduki jabatan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM). Terlena oleh kekuasaan pemerintahan mahasiswa yang merupakan representasi gerakan itu mulai mandul dalam membuat kebijakan dan tidak aspiratif. Bahkan ajang pemilihan umum mahasiswa yang diselenggarakan berubah menjadi kompetisi perebutan kekuasaan antar golongan dan merekapun tidak kuasa lagi menarik minat mahasiswa untuk bersama mengikuti pesta demokrasi tersebut.
                Fenomena diatas sebenarnya menjadi evaluasi besar bagi setiap gerakan mahasiswa baik yang berkuasa ataupun tidak. Mahasiswa yang seharusnya merupakan symbol kaum idealis telah berubah menjadi segerombolan kaum pragmatis yang haus akan kekuasaan. Mahasiswa yang seharusnya meneriakkan keadialan dan kebenaran kini tanpa sadar telah melakukan penghianatan.
                Kemudian kita berfikir bagaimana kelak ketika mereka sudah lulus kuliah dan menduduki jabatan-jabatang strategis dalam masyarakat dan pemerintah. Saya fikir mereka dapat bertindak lebih bejat dari apa yang telah diperbuat birokrat saat ini.
Begitulah repotnya ketika anak muda mendapat kekuasaan,  pola fikir yang belum matang kerap membuatnya bertindak sporadis. apa lagi dalam rangka mempertahankan kekuasan maka berbagai cara akan difatwakan halal untuk dilaksanakan. dan akibatnya kekuasaan tersebut menjadikan mereka berfikir elitis dan tidak lagi berbicara kaderisasi.
Oleh karenanya saya fikir gerakan mahasiswa harus menata ulang paradigma berfikir secara radikal. Pragmatism kekuasaan dan sikap elitis telah memunculkan benih-benih kehancuran pada tubuh gerakan mahasiwa. Untuk meluruskan kembali asholah gerakan diantaranya dengan menggarap secara serius kaderisasi. Karena kaderisasi adalah tulang punggung gerakan. Lewat kaderisasi kader-kader akan dilatih tentang kebenaran, keberanian, dan idealism.
Yang kedua secara eksternal gerakan mahasiswa harus mempunyai sikap dan pandangan yang jelas. Menempatkan gerakan pada posisi ekstra parlementer adalah pilihan tepat agar gerakan tetap murni, utuh dan independent. Politik ektraparlemter secara praksis akan membawa gerakan pada sikap netral tanpa tunggangan elit politik.
Secara umum gerakan mahasiswa saat ini harus meluruskan kembali perannya sebagai pengawal reformasi, pengawal setiap kebijakan pemerintah, lantang meneriakkan kebaneran dikala pemerintah melakukan pengkhianatan terhadap rakyat. Hingga Kemudian independensinya akan mendidik mereka agar mempunyai gagasan segar dan aplikatif. gagasan yang muda beda dan berbahaya.
  
  

Renungan Jiwa

0
Namanya BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.

Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.

Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.

Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.

Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng.

Dipojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.

Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong. Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.

Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.

Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.

Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.

“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya” jawab anak itu.

“Orang tuamu dimana?” tanya Bai Fang Li.

“Saya tidak tahu, ayah ibu saya pemulung. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil” sahut anak itu.

Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.

Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.

Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.

Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.

Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup bagus… gumannya senang.

Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.

“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu.

Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu Rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.

Bai Fang Li berkata “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan” katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu menangis.

Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan.

Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesarRMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta Rupiah jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.

Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan “Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa.”

Sahabat .. semoga kita semua mendapat hikmah besar dari cerita diatas...

Jika Sahabat ingin berbagi dengan teman-teman kalian silahkan share notes ini..