Kisah ini saya alami saat masih duduk di bangku aliyah. Sebuah kisah yang menurut
saya sarat hikmah keikhlasan dan baik
sangka kepada Allah SWT. Keikhlasan untuk membantu sahabat menjemput rizkinya
dan baik sangka kepada Allah yang tidak pernah dzolim.
Ketika masih di bangku sekolah, saya memang dari awal hendak mengfokuskan
diri aktif di organisasi ektra kulikuler Rohani Islam (ROHIS) MAN1 Bandar
Lampung. Bersama-teman lainnya saya bergabung di Rohis sejak masih di kelas 1
(kelas X). Pada saat itulah saya lebih dikenalkan ilmu dan ruh keislaman oleh
kakak-kakak tingkat melalui agenda-agenda organisasi.
Keaktifan saya di Rohis menjadikan saya terpilih menjadi ketua umum
Rohis, meskipun pada saat itu pengangkatan berdasarkan penunjukan, bukan suara
terbanyak melalui pemilihan. Mejadi ketua memang sulit dan menguras banyak
tenaga dan fikiran. Tapi Alhamdulillah itu semua telah menambah kedewasaan dan
ruh berislam saya.
Informasi Beasiswa
Rohis
Di tengah kepengurusan, kami
mendapat informasi beasiswa dari salah satu lembaga pengelolaan zakat, infak
dan sedekah di Lampung yang pada saat itu khusus diperuntukan untuk anggota
Rohis. Mengingat saya adalah ketua organisasi keislaman tersebut, maka saya tidak hanya dipinta
menginformasikan peluang besasiswa, tetapi juga mengkoordinir kader Rohis yang berminat mengajukan beasiswa.
Saya masih ingat syarat-syarat memperoleh beasiswa yakni anggota Rohis, memiliki nilai baik dan dari keluarga kurang mampu.
Kemudian saya fikir saya cukup memenuhi tiga kriteria tersebut. Saya ketua Rohis, saya punya nilai lapor yang lumayan tinggi dan saya dari keluarga
sederhana. kemudian saya pun memutuskan ikut mengajukan beasiswa Rohis tersebut.
Jika dibandingkan dengan
teman-teman yang lain, bisa dibilang saya lebih berhak mendapat beasiswa
terutama pada kriteria pertama dan ketiga: ketua Rohis dan dari keluarga kurang
mampu. Saya yakin benar saat itu, saya adalah salah satu dari penerima
beasiswa. Setelah beberapa minggu menunggu akhirnya saya dipanggil pihak
sekolah prihal nama-nama kader yang mendapat beasiswa. Saya sangat
terkejut ketika melihat daftar nama penerima
beasiswa. Saya tidak mendapat beasiswa.
Ujian
kesabaran dan keikhlasan
Saya sempat jengkel karena
menganggap keputusan itu tidak adil. Saya gusar berhari-hari dengan ketidak
terpilihan itu. saya ketua Rohis, nilai cukup bagus dan dari kalangan tidak
mampu tapi mengapa saya tidak mendapat beasiswa?. Berbeda dengan teman-teman
lain yang kehidupan kesehariannya lebih baik dari saya namun mendapat beasiswa,
jabatan dikepengurusan pun tentu saja sebagai staf saya.
Kejengkelan saya semakin
bertambah ketika saya harus menginformasikan beasiswa “miris” tersebut kepada
teman-teman saya,bahkan saya dipinta memastikan kalau teman-teman saya bisa
menyelesaikan administrasi (surat-surat) beasiswa. Luar biasa!!.
Namun kemudian saya berfkir
bahwa Allah itu maha adil, tidak akan mengecewakan hamba-hambanya. Tidak akan
mengecewakan ketua Rohis. Mungkin keasadaran ini bisa tumbuh subur berkat
intensitas mengikuti kajian “lingkaran” bersama kakak alumni Rohis. Tidak apalah
tidak mendapat beasiswa, saya tetap mencoba membantu teman-teman yang mendapat
beasiswa.
Berita Dari TU
Alhamdulillah pengurusan
beasiswa teman-teman selesai, seiring berjalannya waktu hati pun kian reda dari kedongkolan atas “ketidak
adilan” Allah tersebut. Saya kemudian mulai fokus kembali
menyelesaikan sisa kepengurusan. Sampai suatu hari ketika saya dipanggil ke
ruang Tata Usaha (TU) oleh pak Supri, guru Bimbingan Konseling (BK). Saya
berfikir adakah kesalahan yang telah saya lakukan? Hingga harus menuju ruang
BK.
Setelah masuk ruangan pak Supri
ternyata beliau ditemani seorang tamu. Ternyata tamu tersebut adalah pengurus
lembaga zakat yang memberi beasiswa beberapa waktu lalu. setelah mendapat
wejangan dari pak Supri dan bapak berjenggot tersebut. Subhanallah betapa
terkejutnya saya karena diberi tahu bahwa saya juga mendapat beasiswa. Hal itu
karena ada salah seorang kader Rohis yang kemudian tidak jadi mendapat
beasiswa.
Allah maha adil dan tidak pernah
tertukar memberi rizki. Setidaknya itulah mutiara hikmah yang bisa diambil atas kisah tersebut. biarkan
Allah memainkan rencananya, mentarbiyah hambanya agar menjadi insan yang lebih
dewasa dan bertakwa. Tugas kita adalah terus bekerja keras dan ikhlas, setelah
itu Allah akan merampungkan perjuangan kita dengan kebaikan melebihi apa
yang kita imajinasi.
*maaf jika ternyata
ada kesalahan penulisan nama dan waktu cerita :)
2 komentar:
dari pengalaman yg penuh makna disitulah kedewasaan kita diuji..selalu khusnudhon pada-Nya alhamdulillah ya kak, itu rezeki kk ^^
iya ujian adl salah satu cara Allah mendewaskan pola fikir dan mningkatkan kecerdasan hambanya.. :)
Posting Komentar
monggo dikoment...