6 Mei 2012

SALAH RIZKI??


Kisah ini saya alami saat masih duduk di bangku aliyah. Sebuah kisah yang menurut saya sarat hikmah  keikhlasan dan baik sangka kepada Allah SWT. Keikhlasan untuk membantu sahabat menjemput rizkinya dan baik sangka kepada Allah yang tidak pernah dzolim.
Ketika masih di bangku sekolah, saya memang dari awal hendak mengfokuskan diri aktif di organisasi ektra kulikuler Rohani Islam (ROHIS) MAN1 Bandar Lampung. Bersama-teman lainnya saya bergabung di Rohis sejak masih di kelas 1 (kelas X). Pada saat itulah saya lebih dikenalkan ilmu dan ruh keislaman oleh kakak-kakak tingkat melalui agenda-agenda organisasi.
Keaktifan saya di Rohis menjadikan saya terpilih menjadi ketua umum Rohis, meskipun pada saat itu pengangkatan berdasarkan penunjukan, bukan suara terbanyak melalui pemilihan. Mejadi ketua memang sulit dan menguras banyak tenaga dan fikiran. Tapi Alhamdulillah itu semua telah menambah kedewasaan dan ruh berislam saya.
Informasi Beasiswa Rohis
                Di tengah kepengurusan, kami mendapat informasi beasiswa dari salah satu lembaga pengelolaan zakat, infak dan sedekah di Lampung yang pada saat itu khusus diperuntukan untuk anggota Rohis. Mengingat saya adalah ketua organisasi keislaman tersebut, maka saya tidak hanya dipinta menginformasikan peluang besasiswa, tetapi juga mengkoordinir kader Rohis yang berminat mengajukan beasiswa.
                Saya masih ingat syarat-syarat memperoleh beasiswa yakni anggota Rohis, memiliki nilai baik dan dari keluarga kurang mampu. Kemudian saya fikir saya cukup memenuhi tiga kriteria tersebut. Saya ketua Rohis, saya punya nilai lapor yang lumayan tinggi dan saya dari keluarga sederhana. kemudian saya pun memutuskan ikut mengajukan beasiswa Rohis tersebut.
                Jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain, bisa dibilang saya lebih berhak mendapat beasiswa terutama pada kriteria pertama dan ketiga: ketua Rohis dan dari keluarga kurang mampu. Saya yakin benar saat itu, saya adalah salah satu dari penerima beasiswa. Setelah beberapa minggu menunggu akhirnya saya dipanggil pihak sekolah prihal nama-nama kader yang mendapat beasiswa. Saya sangat terkejut ketika melihat  daftar nama penerima beasiswa. Saya tidak mendapat beasiswa.
Ujian kesabaran dan keikhlasan
                Saya sempat jengkel karena menganggap keputusan itu tidak adil. Saya gusar berhari-hari dengan ketidak terpilihan itu. saya ketua Rohis, nilai cukup bagus dan dari kalangan tidak mampu tapi mengapa saya tidak mendapat beasiswa?. Berbeda dengan teman-teman lain yang kehidupan kesehariannya lebih baik dari saya namun mendapat beasiswa, jabatan dikepengurusan pun tentu saja sebagai staf saya.
                Kejengkelan saya semakin bertambah ketika saya harus menginformasikan beasiswa “miris” tersebut kepada teman-teman saya,bahkan saya dipinta memastikan kalau teman-teman saya bisa menyelesaikan administrasi (surat-surat) beasiswa. Luar biasa!!.
                Namun kemudian saya berfkir bahwa Allah itu maha adil, tidak akan mengecewakan hamba-hambanya. Tidak akan mengecewakan ketua Rohis. Mungkin keasadaran ini bisa tumbuh subur berkat intensitas mengikuti kajian “lingkaran” bersama kakak alumni Rohis. Tidak apalah tidak mendapat beasiswa, saya tetap mencoba membantu teman-teman yang mendapat beasiswa.
Berita Dari TU
                Alhamdulillah pengurusan beasiswa teman-teman selesai, seiring berjalannya waktu hati pun kian reda dari kedongkolan atas “ketidak adilan” Allah tersebut. Saya kemudian mulai fokus kembali menyelesaikan sisa kepengurusan. Sampai suatu hari ketika saya dipanggil ke ruang Tata Usaha (TU) oleh pak Supri, guru Bimbingan Konseling (BK). Saya berfikir adakah kesalahan yang telah saya lakukan? Hingga harus menuju ruang BK.
                Setelah masuk ruangan pak Supri ternyata beliau ditemani seorang tamu. Ternyata tamu tersebut adalah pengurus lembaga zakat yang memberi beasiswa beberapa waktu lalu. setelah mendapat wejangan dari pak Supri dan bapak berjenggot tersebut. Subhanallah betapa terkejutnya saya karena diberi tahu bahwa saya juga mendapat beasiswa. Hal itu karena ada salah seorang kader Rohis yang kemudian tidak jadi mendapat beasiswa.
                Allah maha adil dan tidak pernah tertukar memberi rizki. Setidaknya itulah mutiara hikmah yang bisa  diambil atas kisah tersebut. biarkan Allah memainkan rencananya, mentarbiyah hambanya agar menjadi insan yang lebih dewasa dan bertakwa. Tugas kita adalah terus bekerja keras dan ikhlas, setelah itu  Allah akan merampungkan perjuangan kita dengan kebaikan melebihi apa yang kita imajinasi.
*maaf jika ternyata ada kesalahan penulisan nama dan waktu cerita :)        

2 komentar:

Erika Hime mengatakan...

dari pengalaman yg penuh makna disitulah kedewasaan kita diuji..selalu khusnudhon pada-Nya alhamdulillah ya kak, itu rezeki kk ^^

Agus Purnomo mengatakan...

iya ujian adl salah satu cara Allah mendewaskan pola fikir dan mningkatkan kecerdasan hambanya.. :)

Posting Komentar

monggo dikoment...