18 Mar 2012

KONTRAK (AN) SOSIAL

Hidup sebagai mahasiswa memang tidak terlepas dari suka dan duka. kehidupan yang jauh dari orang tua dan hanya bisa pulang untuk beberapa bulan sekali menyisakan banyak kisah baru. Karena jauh dari orang tua, mau tidak mau seorang mahasiswa harus tinggal dalam kost atau kontrakan dan belajar hidup mandiri. Dengan pesedian uang dan kemampuan seadanya, mahasiswa akan melewati hari-hari panjang tanpa kehadiran keluarga dan orang tua.
Saya termasuk mahasiswa yang hidup dalam satu kontrkan bersama mahasiswa lain. Hidup dalam konrtakan mempunyai suka duka tersendiri dibanding mahasiswa yang hidup ngekost saja. Hidup dalam kontrakan, dituntut tidak hanya mampu hidup mandiri tetapi juga mampu melakukan kontak sosial hingga menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih  baik.
Dalam kesehariannya, muncul kesepakatan untuk membuat aturan sehari-hari. Semisal mengikuti kajian rutin, piket harian, menjaga ketertiban dan keamanan sampai pada jadwal mengisi galon bagi setiap penghuni. Semua diatur rapi dan tersistem. Kewajiban itu harus dilaksanakan bagi setiap penghuni tanpa terkecuali.
Namun dalam perjalanannya tidak semulus apa yang direncanakan. Masih juga terdapat sebagian penghuni yang tidak konsisten dalam menjalankan amanah-amanah yang disepakati. Akibatnya tentu penghuni lain yang menjadi korban. Setelah ia menyelesaikan kewajibannya, ia harus menyelesaikan kewajiban lain yang sebenarnya bukan merupakan tugasnya. Kalau dibilang ikhlas, bisa dikatakan ikhlas namun hal ini tentu merupakan kebiasaan yang tidak sehat. Karena si penguhuni yang tidak amanah akan merugikan penghuni lain dan tentu saja dirinya sendiri. Di sisi lain, Si penghuni yang tidak amanah itu akan sulit dipercaya orang dan ia pun akan lebih sulit untuk membiasakan diri bersikap amanah. Sebab ketidak amanahan bahkan bisa sampai pada membahyakan diri sendiri. Sikap tidak amanah memang merupakan tindakan yang sangar merugikan.
Dalam berkehidupan sosial yang ideal memang lebih sulit jika dibandingkan dengan mementingkan ego pribadi. Kita dituntut untuk dapat memahami orang lain dan melakukan pekerjaan yang dianggap tidak kita sukai. Kita dituntut untuk berbagi, berkorban dan lain sebagainya. Jika difikir buat apa kita membersihkan ruangan diluar kamar, membuang sampah orang lain, membersihkan WC kontrakan dan lain sebagainya.
Namun anggapan itu akan sirna ketika kita sadar bahwa kita membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Bahkn lebih dari itu, ada hak-hak sosial yang harus ditunaikan oleh setiap pribadi. Seperti bersedekah, berzakat dan membantu orang lain tentunya. Sederhana saja, ketika kita membantu orang lain maka mereka pun tak segan untuk membantu kita.
Semoga berkehidupan sosial dapat dipahami setiap orang terutama mahasiswa. apalah arti jika mahasiswa sebagai simbol intelektual nyatanya berubah menjadi kaum oportunis yang pragmatis. Begitu juga keseharian kita dalam dikontrakan. Peka terhadap kondisi saudara dan lingkuangan sangat lah penting. Kepekaan tersebut akan menjadikan suasana yang harmonis antar penghuni asrama dan lingkungan yang sehat untuk dihuni. Kontrakan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengasah kepekaan sosial kita. Melalui kontrakan, melalui ruang sosial yang lebih kecil ini kita menempa diri untuk menghadapai ruang sosial yang lebih besar yakni pertarungan dalam kancah global.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...