19 Mar 2012

RUMAH SEDERHANA USTAD

Minggu 18 Maret 2012 memberi hikmah tersendiri bagi saya. Tepatnya kemarin sore ketika saya beserta kader KAMMI UIN Sunan Kalijaga lain berkunjung ke salah seorang tokoh di kota Yogyakarta. Kunjungan tersebut dengan maksud untuk silaturahim tokoh dan diskusi ringan seputar organisasi dan kondisi kota jogja.
Silaturahim merupakan agenda wajib bahkan kebutuhan untuk menambah jaringan dan memperkaya wawasan keilmuan. Saya tidak hendak menjabarkan apa yang kami diskusikan namun hendak bercerita apa-apa yang kami temui dan suasana saat kami bersua tokoh yang juga anggota DPRD kota Yogyakarta tersebut. rumah beliu dari komisariat lumayan jauh, namun kami cukup beberapa kali bertanya kepada warga ketika sudah lumayan dekat dengan rumah beliu. Alhamdulillah banyak warga yang mengenal nama beliu. Jadi tidak begitu sulit menemukan tempat tinggal tokoh yang rumahnya tidak jauh dari Malioboro tersebut.
Setelah ditelusuri alamat dan penunjuk arah yang diberikan, saya sempat kaget dan tersenyum. Ternyata rumah tokoh yang terkenal dan sangat dihormati itu berada di gang sempit yang tidak dapat dilewati mobil. Rumahnya pun terlihat seperti kontrakan kecil. Kondisi di dalam ruangan sangat sederhana, hanya ada Tv lawas, meja dan kursi kayu yang sederhana, dan hijab sebagai pembatas antara ruang tamu dan tempat tidur.
Untuk tokoh sekapasitas Jogja, saya yakin sebenarnya beliau mampu membeli rumah besar lengkap dengan asesoris, kendaraan mewah dan kebutuhan tersier lain. Sah-sah saja ketika beliu bisa mencari lingkungan yang nyaman di perumahan elit atau real estate. Namun tidak bagi seorang bapak yang mempunyai tiga putra itu,ia lebih memilih tinggal bersama rakyat dan menyatu bersama mereka.   
             Saya kemudian berfikir dan melihat beberapa tokoh lain yang hidup dalam bermewah-mewahan dan bergaya parlente. Tidak usah jauh melihat tokoh nasional di senayan, tokoh daerah bahkan kampus pun sudah mulai bergaya sok kaya dan sok hebat. Dengan menggemgam blackberry dan pakaian mahal mereka tampil PeDe di hadapan publik.
 Tidak hanya asesoris yang membalut dan mengiringi kesehariannya, sikap dan perilaku seoalah mereka ingin mengatakan kepada khalayak bahwa mereka adalah orang penting, orang besar yang harus dihormati. Biasanya mereka sok menjaga image dan membatasi diri untuk bergaul dengan entitas yang tidak selevel. Ketika dihubungi dan diketemui sulit, di SMS pun tidak membalas, kalaupun membalas dengan bahasa semaunya tanpa memperhatikan apakah bahasa SMS nya baik atau tidak. Saya tidak jarang menemukan ketokohan seperti itu di ruang akademik maupun dalam masyarakat.
            Kesederhanaan seharusnya melekat pada diri seorang pemimpin. karena seorang pemimpin akan menjadi contoh bagi rakyatnya, dengan hidup sederhana tentu saja rakyat akan bangga dan mencontoh pola hidup yang tidak bermewah-mewahan. Selain itu, pemimpin hendaknya bersikap lembut, ramah dan mengayomi rakyat sehingga akan timbul kedekatan dan rasa saling menyayangi. Saya sangat menghormati pemimpin yang bersahaja dan ramah terhadap semua orang. Meskipun sibuk, ia tetap hadir memberikan pelayanan terbaik kepada semua orang. Semoga setiap pemimpin sadar bahwa kepemimpinan adalah amanah yang harus dijalankan sebaik baiknya. Dan semoga aktifis kampus memahami hal ini pula.
            Kunjungan kemarin sangat menginspirasi dan memuhasabah saya ketika kelak menjadi seorang pemimpin. menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah, kepemimpinan adalah suatu hal yang rumit. Sedikit kesalahan di mata pemimpin akan menjadi sesuatu yang besar dalam pandangan masyarakat. terimakasih ustad, terimakasih atas tauladan yang engkau semaikan pada kami.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...