21 Mar 2012

MENTAL ON TIME

        Agar tidak datang terlambat, saya berusaha lebih awal berangkat menuju kampus. Siang itu, saya mempunyai jadwal mata kuliah yang wajib diikuti. Jam di tangan terus berputar menuju angka 13.30, saya mempercepat langkah menuju ruang kuliah yang berada di lantai teratas. Alhamdulillah sebelum jam perkuliahan dimulai saya sudah sampai di lantai empat di mana ruang kelas berada.
            Setelah menunggu lebih dari setengah jam di depan ruang kelas. Ternyata bapak dosen belum juga datang alias terlambat. Sudah beberapa kali dosen tersebut memang datang terlambat. Saya tidak tahu pasti apa yang menyebabkan dosen yang telah lanjut usia tersebut terlambat. Namun dengan pemakluman, saya dan teman-temanlain menunggu beliau datang dan menyampaikan materi kuliah.
            Keterlambatan dosen dalam memberikan mata kuliah memang bukan hal baru di kampus Universitas Islam Negeri Yogyakarta di mana saya kuliah. Korupsi waktu itu tidak jarang dilakukan oleh dosen saat akan mengajar. Selain itu, keterlambatan tidak hanya dilakukan satu atau dua dosen saja, tetapi lebih banyak dari itu. Dosen-dosen tidak on time tersebut ada di setiap jurusan dan fakultas. Meskipun saya yakin banyak juga dosen yang memegang komitmen untuk tepat waktu.
            Keterlambatan tentu saja akan mengurangi jam belajar di kelas.  Namun secara labih mendalam, keterlambatan dosen memunculkan pertanyaan akan komitmennya dalam mengajar. Bahkan lebih dari itu, seringnya terlambat mempertanyakan kembali kesungguhannya pengajar dalam memperbaiki generasi penerus bangsa. Apakah memang benar ingin memajukan pendidikan atau kah kehadirannya mengajar hanya untuk memenuhi kewajiban mengisi presensi  agar dianggap dosen rajin yang  pada akhirnya akan dinaikkan gajinya.
            Di tengah lesunya gairah pendidikan dan erosi moral akibat gerusan globalisasi, generasi muda sangat mengharapakan adanya teladan yang dapat mengeluarkan mereka dari krisis moral. Sosok tersebut tidak lain adalah pengajar atau dosen sebagai panutan dalam dunia akademik. Sosok dosen diharapkan bukan hanya memiliki kapasitas intelektual, tetapi juga memiliki standar moral yang lebih tinggi. Dari pribadi seperti itulah kemudian muncul generasi lebih baik dalam skala yang lebih besar.
      Adanya beberapa dosen yang terlambat adalah fakta yang sungguh disayangkan. Menurut saya keterlambatan bukanlah hal yang sepele, namun ia bisa jadi cerminan moral dan budaya seorang dosen bahkan budaya pendidikan di Indonesia. oleh karenanya, membudayakan datang tepat waktu saya fikir harus menjadi perhatian semua orang, khususnya akademisi sebagai simbol kaum intelektual.
            Saya tidak tahu persis kenapa dosen terlambat, khusnudzon saya mungkin karena jam terbang beliau yang tinggi, bisa disebabkan karena gaji di satu tempat kerja dinilai tidak cukup untuk  mampu memenuhi biaya hidup, sehingga mencari penghasilan lain. Namun kita tentu sudah banyak mendengar kisah-kisah super disiplin tinggi dari Negara-negar maju semisal di Negara Jepang. Masyarakatnya di Negara Sakura tersebut senantiasa berusaha keras agar dapat memenuhi janji tepat pada waktunya. Mereka berusaha sampai pada suatu tempat meskipun  hujan, sedang turun salju tebal atau bahkan cuaca dingin ekstrim,
            Dari dua fenomena tersebut yakni realitas masyarakat Indonesia khususnya dosen dan budaya disiplin tinggi masyarakat jepang saya menyimpulkan bahwa keterlambatan bukan dikarenakan padatnya kegiatan tetapi keterlambatan adalah soal mental. Ya, orang yang membiasakan diri menyepelekan waktu akan mempunyai mental lelet atau sering terlambat dalam keadaan sibuk maupun tidak.
Oleh karenanya agar terbangun mental on time, menepati janji, menghadiri acara dan mengisi jam belajar tepat waktu harus dibudayakan. Selain itu, agar budaya on time lebih mudah terwujud, hendaknya dosen dan tentu saja kita pribadi dapat mengatur waktu dengan apik. Dengan menejemen waktu yang baik, akan termotifasi untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. Dengan menejemen waktu yang baik, kita tidak akan merasa kekurangan waktu.
Semoga ketepatan waktu dalam mengajar tidak dianggap remeh oleh dosen. Sehingga tercipta kegiatan mengajar mengajar kondusif yang akan memberikan kebaikan jangka panjang dalam rangka memperbaiki wajah pendidikan di Indoenesia. Tulisan ini tidak untuk menggurui bapak ibu dosen yang terhormat. Saya minta maaf jika ada yang merasa tersinggung dengan tulisan ini. Tulisan ini hanyalah unek-unek dari saya yang berlatih tepat waktu. Tulisan ini adalah ketidak sukaan saya terhadap keterlambatan, termasuk keterlambatan yang dilakukan dosen dalam memulai pelajaran.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...