28 Feb 2012

MASJIDKU RUMAHKU??

Ini cerita pendek tentang masjid di kampus tempat saya kuliah. Bangunannya nampak besar, megah, dan indah. Apa yang saya sampaikan ini tidak berlebihan, pejabat sekelas mentri pun mengakuinya. Masjid Sunan kalijaga, begitu namanya, adalah masjid utama di kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Masjid terebut mempunyai dua lantai. Lantai pertama digunakan oleh mas-mas mahasiswa dan beberapa dosen. Hanya beberapa dosen karena memang sedikit sekali dosen yang mau berjamaah di masjid. Sementara di lantai dua digunakan oleh mba-mba mahasiswi dan mungkin juga beberapa dosen perempuan.
Aktifitas di masjid tidak sebatas untuk sholat saja. Nah inilah uniknya, masjid yang dilingkari oleh selasar ini banyak digunakan mahasiswa untuk berbagai macam agenda. Ada perkumpulan mahasiswa  dalam bentuk melingkar, ada yang campur amburadul ada pula yang berbaris. Yang melingkar, biasanya kegiatan mahasiswa yang sedang belajar kelompok. Sambil makan sneck mereka membahas tugas dan mata kuliah, sambil tertawa mereka melingkar di selasar masjid. Yang berkumpul amburadul, biasanya sebagian mahasiswa yang tidak ada kerjaan alias menunggu jam kuliah atau selepas kuliah. Mereka ngobrol ngalor ngidul tak karuan. Posisinya pun tidak rapih, ada yang selonjor, sambil tidur, tengkurep dan polah lain yang dirasa paling nyaman untuk ngobrol.
 Kemudian yang ketiga, yang berbaris. Jangan salah ada juga beberapa mahasiswa yang sering duduk berbaris di selasar masjid. Biasanya mudah ditemukan saat pagi dan sore hari. Mas-mas berjenggot beberapa helai dan mba-mba berjilbab lebar, atau sering disebut akhi ukhti ini diam-diam sedang syuro atau rapat. Ya mungkin karena ghodwul basor dan tidak ada hijab jadi posisi rapat duduk berbaris sambil menikmati pemandangan. 
Yang menurut saya lebih menarik lagi adalah ketika menjelang sholat. Seperti biasa takmir masjid yang sudah tampak tua dan belum lulus S1 itu berwasiat kepada jamaah yang masih berserakan di sekitaran masjid. Takmir berseru “perlu diberitahukan kepada jamaah sekalian” dengan bahasa yang santun dan penuh wibawa “sebentar lagi akan memasuki sholat, jadi kami mohon untuk menghentikan segala aktifitasnya dan segera mengambil air wudhu” kurang lebih seperti itulah.
Dasar mahasiswa, mendengar woro-woro itu ada yang segera menghentikan kegiatan tetapi ada juga yang bandel. Ada yang masih tetap ngobrol, bahkan tidak mau bangun dari tidur, ada pula yang tetap melanjutkan menyelesaikan tugasnya. Ya mungkin respon mereka adalah  akibat dari amal perbuatannya. Seusai sholat, masih juga ada yang membuat saya tertawa, mereka kembali ke posisi masing-masing mencari tempat yang aman untuk melanjutkan tidur. Kalau tidak kebagian, mereka akan tidur dimanapun di setiap sudut-masjid. Langsung terlentang tanpa pikir panjang. Biasanya tidur masal dan ngasal ini dilakukan oleh jamaah putra. Ada pula yang tetap duduk dalam barisan sholat. Perkiraan pertama ia sedang berdzikir lama, ternyata setelah diamati ia memang lebih suka tidur dalam posisi duduk.
Begitulah suasana yang hampir setiap hari terjadi. Masjid memang bagus karena tidak hanya digunakan untuk sholat, Namun jadi evaluasi juga ketika masjid malah digunakan sebagai tempat alternative tidur selain di kamar kosan atau ia menjadi rumah kedua. Masjid kampus sudah dianggap rumah sendiri bagi mahasiswa. Rumah yang nyaman untuk tidur, ngobrol, belajar dan makan sneck. Namun sepi dari kajian dan aktifitas keislaman selain dari sholat. Wkwkwk…
By: Apun

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...