7 Apr 2012

INTELEKTUALITAS DAN KEPAHAMAN JAMAAH


bethanybangkok.com
                Jumat lalu saya dan kawan-kawan mengagendakan sebuah kunjungan dan diskusi kepada seorang tokoh Dikpora (Dinas Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga) yang kediamannya berlokasi di Bantul. Rumah seorang pemeluk agama katolik itu terlihat cukup sederhana dan asri. Setibanya di depan halaman, Pak Ben menyambut  dengan ramah dan langsung mempersilahkan kami masuk.
            Ben Senang Galus adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di Dikpora Yogyakarta yang juga  seorang penulis. Selain itu beliau juga aktifis yang paham akan ketimpangan sosial di Indonesia. Perlawanan intelektual itu lebih beliau fokuskan pada bidang pendidikan.
            Ada dua permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini jelas pak Ben. Pertama adalah masalah ideologis, dimana pendidikan sudah terlepas dari nilai keagamaan dan pancasila. Hari ini nilai-nilai itu sudah mulai ditinggalkan. Praksisnya jam untuk mata pelajaran agama dipotong yang sebelumnya lebih dari dua jam dalam seminggu kini hanya dua jam dalam seminggu. Jam pelajaran yang mengajari tentang kejujuran, kesopanan dan kebaikan itu diganti dengan pelajaran-pelajaran umum.
            Pria kelahiran flores itu juga mengkritisi kebijakan mentri pendidikan yang memasukkan pendidikan karakter dan anti korupsi ke dalam kurikulum belajar. Kebijakan tersebut merupakan tindakan latah dalam melihat kondisi sosial masyarakat. Mengapa tidak memaksimalkan pendidikan agama saja untuk menciptakan pelajar berkarakter dan anti korupsi. Padalah jelas dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai moral dan kebaikan-kebaikan lain di dalamnya.
            Yang kedua adalah permasalahan taktis. belakangan banyak sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang diseting elitis. Bukan hanya menerima pelajar yang pintar saja tetapi juga harus kaya. Dibuatlah sekolah-sekolah bertaraf internasional dengan biaya yang mahal. Akhirnya generasi penerus bangsa yang ‘biasa’ saja tidak bisa masuk ke dalam sekolah yang lebih mirip perusahaan profit oriented tersebut. beliau juga mengkritisi lembaga dan mahasiswa yang menolak rokok tapi meminta bahkan mengemis-mengemis kepada perusahaan rokok agar memberi kucuran dana ke lembaga pendidikan, hal itu dianggap sebagai tindakan inkonsisten.
            Selang satu jam berdiskusi, istri pak Ben ikut berdiskusi bersama kami. ternyata beliau tidak kalah hebatnya dengan suami. Istri pak Ben merupakan seorang pengajar dan peneliti di bidang kesehatan hewan. Analisis dan penelitian-penelitiannya membuat membuat wanita kelahiran magekang itu tidak hanya diakui oleh ilmuan-ilmuan Indonesia tetapi juga para pakar di luar negeri. Meski demikian, beliu juga cukup paham dengan kondisi sosial politik dan sejarah Indonesia.
            Beliau menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia harus bangga dengan keindonesiaannya. Negeri beribu pulau ini mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan SDM yang cukup memadai juga. Tidak usah takut dan merasa inferior di hadapan bangsa lain. beliau juga mengkritisi intelektual-intelektual Indonesia yang cenderung diam melihat kondisi bangsa. “dosa kaum intelektual lebih besar dari dosa seorang birokrat” tegasnya. Beliau menjelaskan bahwa para akademisi juga harus bertanggung jawab karena banyak melahirkan birokrat-birokrat yang korup dan bermental pengekor.
 Melihat pemahaman dari pasangan suami istri tersebut, Saya kemudian berfikir bahwa ada dua hal besar yang harus dimiliki oleh gerakan kita. Yakni kader-kader yang luas wawasannya dan mendalam analisisnya. Dua kombinasi itu meskipun sulit untuk menyatu dalam diri seorang kader tapi minimal karakter itu  harus ada dalam gerakan kita.
            Akan tetapi dua hal itu pun belum cukup ketika tidak dibingkai dalam gerakan atau jamaah yang kokoh. Dimana di dalam jamaah itu terdapat aturan-aturan yang akan menyatukan orang baik menjadi sebuah kekuatan kekuatan hebat. Bahkan lebih dari itu, intelektualitas yang dibingkai dalam jamaah akan menjadikan setiap kadernya dewasa dalam menyikapi gejolak internal dan ekternal. Oleh karena itu kita perlu menciptakan Intelektualtualitas dan kepahaman jamaah yang berimbang sehingga menjadikan gerakan kita kokoh secara internal dan mempunyai posisi tawar di mata publik secara ekternal. Wallahualam bissowab.
Sabtu, 07 April 2012 di Auditorium Pusat Bahasa UIN
 (dalam acara tasyakuran wisuda kader KAMMI)

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...