21 Apr 2012

HASAN AL-BANNA DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA

warofweekly.blogspot.com
                Sejarah perjuangan bangsa Indonesia memang tidak terlepas dari semangat pembebesan dan kemerdekaan. Ratusan tahun di bawah tekanan penjajah telah merubah semangat kemerdekaan anak-anak nusantara menjadi perjuangan ekonomi, politik bahkan militer pada ruang yang yang lebih besar yakni organisasi. Semangat kemerdekaan itu tidak hanya merasuk pada tokoh elit Indonesia saja tapi juga telah membakar heroisme semua lapisan masyarakat. Dengan latar belakang yang berbeda semua  bersatu padu  berjuang untuk satu kata: merdeka.
                Umat islam yang merupakan umat mayoritas di bumi pertiwi juga tidak terlepas dari upaya melepaskan bangsa dari  cengkraman kolonialisme. Bahkan para ulama memfatwakan perjuangan melawan penjajahan sebagai upaya jihad fii sabilillah (berjuang membela agama). Tentu saja hal tersebut sangat tepat mengingat penjajahan yang dilakukan barat merupakan upaya mewujudkan semboyan Gold (ekonomi) Glory (kekuasaan) dan Gospel (agama).
Semangat jihad ulama dan santri kemudian terwariskan kepada generasi Islam di Nusantara. Kita kenal banyak tokoh pejuang Islam yang lahir seperti Haji Agus Salim, Moh. Natsir, Prof. Dr. Buya Hamka, Prof Osman Raliby, dan Prof. Dr. Abu Bakar Atjeh dan ulama-ulama lain. Wajarlah jika kemudian Ahmad Mansyur Surya Negara (2009) menyimpulkan bahwa ulama dan santri adalah sebagai pelopor perlawanan melawan imperealisme, kelompok cendekiawan muslim dan sebagai pemimpin terdepan ide pengubah sejarah di nusantara Indonesia.
Semangat kemerdekaan itu ternyata telah menembus batas-batas negeri. Gaungnya terdengar sampai ke barat dan timur dunia. Kemudian muncul demontrasi dan aksi-aksi simpatik berbagai Negara di dunia mendukung kemerdekaan bangsa Indonesia. Termasuk Mesir yang pada saat itu tengah berlangsung kebangkitan islam.
Adalah Ikhwanul Muslimin yang merupakan organisasi pan islamisme terbesar di Mesir ikut merespon perjuangan ulama islam di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Hasan Abanna, Ikhwanul Muslimin konsen menggalang dukungan Negara-negara arab untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan KH. Agus Salim dan Hasan Al-Banna  
Ahmad Rofii Mansyuri (2009) menjelaskan bahwa dukungan Hasan Al-Banna tidak hanya pada seruan saja, tetapi juga munasoroh aksi, pembentukan opini dunia akan penjajahan belanda terhadap Indonesia, mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Indonesia seperti KH. Agus Salim, Dr. H.M Rasyidi, M Zein Hasan. Bahkan tidak sampai di situ, sebagai bentuk ukhuwah islamiyah Ikhwanul Muslimin dengan Indonesia, ribuan kader-kadernya melakukan pemboikotan terhadap kapal-kapal Belanda yang singgah di terusan Suez dan mengibarkan bendera Merah Putih di sana.
 Berkat perjuangan Hasan Al-Banna, Mesir menjadi Negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Artinya bahwa bangsa Indonesia berhutang budi kepada Hasan Al-Banna dan IM. Namun ironisnya tidak banyak masyarakat tahu akan sejarah kepahlawanan itu. tidak mengetahui bahwa ada sekelompok orang-orang baik yang juga turut menghantarkan perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya. Bahkan penguasa pun enggan menceritakan perjuangan Ikhwanul Muslimin kepada generasi muda. Ditutupinya fakta tersebut kian terasa ketika literature-literatur mata pelajaran sejarah dalam pendidikan SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi tidak membuka lembar sejarah itu, sejarah saudara semuslim yang ikut sibuk membela saudaranya di Indonesia.
Banyak pelajaran berharga diperoleh dari kegigihan saudara-saudara kita dari jauh itu. mereka belum pernah berkunjung ke Indonesia, bercengkerama dengan masyrakat, bahkan mendapat budi dari Indonesia. mereka hanya mengetehaui bahwa Negara Indonesia tengah terjajah, umat Islam sedang berjuang membela agama dan tanah airnya. Sebanarnya Hasan Al-Banna mengetahui pula bahwa Negara beratus suku bangsa itu tidak semuanya berislam, namun kenyataan itu tidak kemudian menyurutkan ia dan ikhwan untuk melakukan mobilitas perjuangan. Semangat inilah yang seharunya merasuk kedalam tubuh bangsa kita. Sebuah pelajaran bahwa menyokong  adalah kemestian tanpa memandang warna dan latar belakang.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...