Selama tiga hari saya mengikuti
pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diselenggarakan oleh
departmen Agama (Depag). Pelatihan itu dihadiri oleh perwakilan dari pesantren-pesantren
se-Jogjakarta. Suasana cukup dinamis dan peserta pun bersemangat
mengikuti acara yang dilaksanakan di pondok pesantren Mualimin, Yogyakarta tersebut.
Jika melihat eksistensinya, masyarakat
pada umumnya mempunyai pandangan tersendiri tentang pesantren. Dan saya pun
masih beranggapan sama seperti masyarakat pada umumnya. Mereka menganggap
pesantren identik dengan sarung, peci, kitab yang lusuh karena selalu dipegang
dan surau. Ada lagi yang ketika disebut kata pesantren langsung mengasosiasikannya
dengan budaya yang menutup diri dari modernisasi, tekstualitas dan
fundamentalis.
Selama ini, dengan kesimpulan
berfikir tanpa analisis yang dalam mereka menyatakan pesantren dan santrinya
adalah sekumupulan orang-orang yang taat beragama dan tidak mau bergaul dengan
dunia luar. Mereka mengetahui benar kitab-kitab dan norma yang ada dalam agama
dengan sangat baik. Namun di sisi lain ia nirsosial dan tidak peka zaman.
Namun setelah mengikuti pelatihan
TIK, tiga hari bersama kawan-kawan dari santri, pandangan umum masyrakat
ternyata berbeda. Saya melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang juga
bermasyarakat, menekuni wirausaha, dan bergiat di TIK. Bahkan salah satu
pesertapun mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang hacker.
Pesantren ternyata kini sudah
berubah. Namun perubahan yang dimaksud bukan perubahan total atau perombakan.
Keinginan mereka mengetahui dunia luar, belajar sosial, sains dan lainnya
adalah bukti bahwa mereka ingin mengetahui ilmu-ilmu yang lebih bersifat
keduniawian, ingin menjadi pakar dalam suatu bidang tertentu.
Mungkin apa yang saya sampaikan ini
sudah dilakukan oleh pesantren, artinya mereka telah melakukan inovasi dalam
pembuatan kurikulum belajar di pesantrren. Namun saya yakin masih banyak
masyrakat yang menganggap pesantren adalah tempat yang hanya menempa ilmu akhirat
saja bukan yang lain.
Okelah kalau sekarang pesantren
telah berubah dari eksistensi sebelumnya. Maka tantangan selanjutnya adalah
bagaimana memahaman masyrakat akan perubahan tersebut?. Memahamkan bahwa
pesantren adalah sebuah lembaga atau tempat belajar yang tidak hanya
mengajarkan ilmu-ilmu ukhrawi saja. Sehingga masyrakat berantusias memasukkan
buah hatinya ke pesantrea. Bahkan lebih dari itu, masyrakat juga ikut andil
dalam membangun pesantren menuju arah yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar
monggo dikoment...