12 Jul 2012

TIK DEPAG


            Selama tiga hari saya mengikuti pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang diselenggarakan oleh departmen Agama (Depag). Pelatihan itu dihadiri oleh perwakilan dari pesantren-pesantren se-Jogjakarta. Suasana cukup dinamis dan peserta pun bersemangat mengikuti acara yang dilaksanakan di pondok pesantren Mualimin, Yogyakarta  tersebut.
            Jika melihat eksistensinya, masyarakat pada umumnya mempunyai pandangan tersendiri tentang pesantren. Dan saya pun masih beranggapan sama seperti masyarakat pada umumnya. Mereka menganggap pesantren identik dengan sarung, peci, kitab yang lusuh karena selalu dipegang dan surau. Ada lagi yang ketika disebut kata pesantren langsung mengasosiasikannya dengan budaya yang menutup diri dari modernisasi, tekstualitas dan fundamentalis.
            Selama ini, dengan kesimpulan berfikir tanpa analisis yang dalam mereka menyatakan pesantren dan santrinya adalah sekumupulan orang-orang yang taat beragama dan tidak mau bergaul dengan dunia luar. Mereka mengetahui benar kitab-kitab dan norma yang ada dalam agama dengan sangat baik. Namun di sisi lain ia nirsosial dan tidak peka zaman.
            Namun setelah mengikuti pelatihan TIK, tiga hari bersama kawan-kawan dari santri, pandangan umum masyrakat ternyata berbeda. Saya melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang juga bermasyarakat, menekuni wirausaha, dan bergiat di TIK. Bahkan salah satu pesertapun mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang hacker.
            Pesantren ternyata kini sudah berubah. Namun perubahan yang dimaksud bukan perubahan total atau perombakan. Keinginan mereka mengetahui dunia luar, belajar sosial, sains dan lainnya adalah bukti bahwa mereka ingin mengetahui ilmu-ilmu yang lebih bersifat keduniawian, ingin menjadi pakar dalam suatu bidang tertentu.
            Mungkin apa yang saya sampaikan ini sudah dilakukan oleh pesantren, artinya mereka telah melakukan inovasi dalam pembuatan kurikulum belajar di pesantrren. Namun saya yakin masih banyak masyrakat yang menganggap pesantren adalah tempat yang hanya menempa ilmu akhirat saja bukan yang lain.
            Okelah kalau sekarang pesantren telah berubah dari eksistensi sebelumnya. Maka tantangan selanjutnya adalah bagaimana memahaman masyrakat akan perubahan tersebut?. Memahamkan bahwa pesantren adalah sebuah lembaga atau tempat belajar yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu ukhrawi saja. Sehingga masyrakat berantusias memasukkan buah hatinya ke pesantrea. Bahkan lebih dari itu, masyrakat juga ikut andil dalam membangun pesantren menuju arah yang lebih baik. 

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...