13 Jul 2012

SESEDERHANA PAK HERMAN


ilustrasi gambar

            Beliau bukanlah siapa-siapa. Bukan artis, ulama, ataupun tokoh birokrasi. Bapak paruh baya itu hanya seorang penjaga sound system. Berperawakan besar, berkulit hitam dan berambut gondrong namun senyum selalu terurai dari wajah bapak yang sedang bekerja di Jogja Muslim Fair tersebut.
            Ia adalah sosok bapak yang sederhana dan ramah. Saat rekan-rekannya datang ia selalu mengawali sapa dan tidak lupa diiringi senyum. Meskipun sibuk dan mengerjakan pekerjaan yang cukup menguras tenaga tapi ia tetap melayani siapa saja yang datang meski hanya untuk bercengkrama mengusir sepi.
            Hermanto, adalah nama dari orang tua yang bekerja seperti orang tua lainnya. Pak herman sudah bekerja sebagai operator sound system sejak lama. Pekerjaan itu sudah digelutinya selama bertahun-tahun. Tidak sulit menemukan pak Herman, biasanya disetiap event terutama event-event islami seperti Jogja Muslim Fair, Islamic Book Fair atau  yang lain ia selalu ada di sana menemani partner kerjanya; sound system.
            Menjadi operator juga membawa keberkahan tersendiri. Bukan hanya keberkahan secara materi tapi juga imateri. Setiap ada tabligh akbar, kajian atau bedah buku tentu saja ia turut menyimak dan mendengarkan uraian ilmu yang disampaikan pemateri. Itulah mengapa kesadaran keagamaan beliu juga tersemai dan tumbuh dalam sanubari.
            Ia mempunyai seorang putra yang masih kecil. Di usia yang sudah senja entah kenapa ia hanya mempunyai satu anak. Apakah karena hanya ingin punya satu anak ataukah yang lain, jujur saya tidak berani menanyakannya.
            “anak ku ini adalah harta satu-satunya saya mas” cerita beliau kepada saya. Ibu sang anak berada di China, tambahnya. Ia sangat berharap anaknya kelak harus dipesantrenkan, diajari ilmu agama. Dengan senyum tawa kemudian berucap “dipesantrenkan agar jadi orang baik g kayak bapaknya hehehe”. Saya pun hanya ikut tersenyum megiyakan.
            Pak Herman sangat menyayangi putra semata wayangnya tersebut. Ia sangat berharap anaknya menjadi orang baik. Ini sebenarnya seperti orang pada umumnya. Betapa buruknya seseorang atau masa lalunya pasti menginginkan anaknya menjadi orang baik. Mendamba sang buah hati tumbuh menjadi pribadi sholeh dan cerdas. Menjadi sosok yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
            Jogja Muslim Fair baru berjalan dua hari. Berarti ia masih harus menjaga sound system dari pagi sampai pukul 21.00 nanti malam sampai lima hari mendatang. Berteman dengan siang, dan bercengkrama dengan malam. Manusia sederhana itu akan terus melakoninya hingga nanti, entah hingga kapan, mungkin hingga usia senjanya menuju peraduan.
-Agus Purnomo, sepenggal cerita panitia Jogja Muslim Fair 2012-

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...