ilustrasi gambar |
Beliau bukanlah siapa-siapa. Bukan
artis, ulama, ataupun tokoh birokrasi. Bapak paruh baya itu hanya seorang
penjaga sound system. Berperawakan besar, berkulit hitam dan berambut gondrong
namun senyum selalu terurai dari wajah bapak yang sedang bekerja di Jogja
Muslim Fair tersebut.
Ia adalah sosok bapak yang sederhana
dan ramah. Saat rekan-rekannya datang ia selalu mengawali sapa dan tidak lupa
diiringi senyum. Meskipun sibuk dan mengerjakan pekerjaan yang cukup menguras
tenaga tapi ia tetap melayani siapa saja yang datang meski hanya untuk
bercengkrama mengusir sepi.
Hermanto, adalah nama dari orang tua
yang bekerja seperti orang tua lainnya. Pak herman sudah bekerja sebagai
operator sound system sejak lama. Pekerjaan itu sudah digelutinya selama
bertahun-tahun. Tidak sulit menemukan pak Herman, biasanya disetiap event
terutama event-event islami seperti Jogja
Muslim Fair, Islamic Book Fair
atau yang lain ia selalu ada di sana menemani
partner kerjanya; sound system.
Menjadi operator juga membawa
keberkahan tersendiri. Bukan hanya keberkahan secara materi tapi juga imateri.
Setiap ada tabligh akbar, kajian atau bedah buku tentu saja ia turut menyimak
dan mendengarkan uraian ilmu yang disampaikan pemateri. Itulah mengapa kesadaran
keagamaan beliu juga tersemai dan tumbuh dalam sanubari.
Ia mempunyai seorang putra yang
masih kecil. Di usia yang sudah senja entah kenapa ia hanya mempunyai satu
anak. Apakah karena hanya ingin punya satu anak ataukah yang lain, jujur saya
tidak berani menanyakannya.
“anak
ku ini adalah harta satu-satunya saya mas” cerita beliau kepada saya. Ibu
sang anak berada di China, tambahnya. Ia sangat berharap anaknya kelak harus
dipesantrenkan, diajari ilmu agama. Dengan senyum tawa kemudian berucap “dipesantrenkan agar jadi orang baik g kayak
bapaknya hehehe”. Saya pun hanya ikut tersenyum megiyakan.
Pak Herman sangat menyayangi putra
semata wayangnya tersebut. Ia sangat berharap anaknya menjadi orang baik. Ini
sebenarnya seperti orang pada umumnya. Betapa buruknya seseorang atau masa
lalunya pasti menginginkan anaknya menjadi orang baik. Mendamba sang buah hati
tumbuh menjadi pribadi sholeh dan cerdas. Menjadi sosok yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara.
Jogja Muslim Fair baru berjalan dua
hari. Berarti ia masih harus menjaga sound system dari pagi sampai pukul 21.00
nanti malam sampai lima hari mendatang. Berteman dengan siang, dan bercengkrama
dengan malam. Manusia sederhana itu akan terus melakoninya hingga nanti, entah
hingga kapan, mungkin hingga usia senjanya menuju peraduan.
-Agus
Purnomo, sepenggal cerita panitia Jogja Muslim Fair 2012-
0 komentar:
Posting Komentar
monggo dikoment...