13 Nov 2011

MEMUDARNYA PESONA GERAKAN



Sekitar pukul 13.00 WIB tadi (12 November 11) ketika saya  membaca harian KOMPAS, datang seorang pemuda berambut gondrong ke Komisariat KAMMI tempat dimana saya tinggal. saya yang sedang membaca Koran sambil minum segelas air Es mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. setelah memperkenalkan nama, ia mngutarakan maksud dan tujuannya datang ke komsisariat. Ternyata ia hendak meminjamkan buku kepada teman satu tempat tinggal saya. Mas bambang begitu saya memanggilnya adalah mahasiswa UII yang ternyata aktif juga dalam pergerakan mahasiswa. Sambil menunggu temanku, kami berdua mulai berdiskusi seputar gerakan mahasiswa.   
Universitas Islam Indonesia (UII) tempatnya mengenyang pendidikan mempunyai iklim gerakan mahasiswa tersendiri. Beliau memaparkan bahwa di sana bercokol rezim mahasiswa yang sudah lama menduduki jabatan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM). Terlena oleh kekuasaan pemerintahan mahasiswa yang merupakan representasi gerakan itu mulai mandul dalam membuat kebijakan dan tidak aspiratif. Bahkan ajang pemilihan umum mahasiswa yang diselenggarakan berubah menjadi kompetisi perebutan kekuasaan antar golongan dan merekapun tidak kuasa lagi menarik minat mahasiswa untuk bersama mengikuti pesta demokrasi tersebut.
                Fenomena diatas sebenarnya menjadi evaluasi besar bagi setiap gerakan mahasiswa baik yang berkuasa ataupun tidak. Mahasiswa yang seharusnya merupakan symbol kaum idealis telah berubah menjadi segerombolan kaum pragmatis yang haus akan kekuasaan. Mahasiswa yang seharusnya meneriakkan keadialan dan kebenaran kini tanpa sadar telah melakukan penghianatan.
                Kemudian kita berfikir bagaimana kelak ketika mereka sudah lulus kuliah dan menduduki jabatan-jabatang strategis dalam masyarakat dan pemerintah. Saya fikir mereka dapat bertindak lebih bejat dari apa yang telah diperbuat birokrat saat ini.
Begitulah repotnya ketika anak muda mendapat kekuasaan,  pola fikir yang belum matang kerap membuatnya bertindak sporadis. apa lagi dalam rangka mempertahankan kekuasan maka berbagai cara akan difatwakan halal untuk dilaksanakan. dan akibatnya kekuasaan tersebut menjadikan mereka berfikir elitis dan tidak lagi berbicara kaderisasi.
Oleh karenanya saya fikir gerakan mahasiswa harus menata ulang paradigma berfikir secara radikal. Pragmatism kekuasaan dan sikap elitis telah memunculkan benih-benih kehancuran pada tubuh gerakan mahasiwa. Untuk meluruskan kembali asholah gerakan diantaranya dengan menggarap secara serius kaderisasi. Karena kaderisasi adalah tulang punggung gerakan. Lewat kaderisasi kader-kader akan dilatih tentang kebenaran, keberanian, dan idealism.
Yang kedua secara eksternal gerakan mahasiswa harus mempunyai sikap dan pandangan yang jelas. Menempatkan gerakan pada posisi ekstra parlementer adalah pilihan tepat agar gerakan tetap murni, utuh dan independent. Politik ektraparlemter secara praksis akan membawa gerakan pada sikap netral tanpa tunggangan elit politik.
Secara umum gerakan mahasiswa saat ini harus meluruskan kembali perannya sebagai pengawal reformasi, pengawal setiap kebijakan pemerintah, lantang meneriakkan kebaneran dikala pemerintah melakukan pengkhianatan terhadap rakyat. Hingga Kemudian independensinya akan mendidik mereka agar mempunyai gagasan segar dan aplikatif. gagasan yang muda beda dan berbahaya.
  
  

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...