16 Nov 2011

Badai Cinta Horizontal

Cinta merupakan fitrah manusia. Setiap diri manusia pasti ada cinta, sekecil apapun rasa itu. Energi cinta  seperti percik api yang dapat membesar dan membakar setiap yang dilewatinya.  cinta tidak hanya melekat pada mahluk karena ternyata sang khalik pun sang pencinta, seperti syair yang dilantunkan dalam lagu opick yang syahdu “Allah cinta pada orang beriman.” Itulah cinta Allah.
Dalam sejarah kepahlawanan kita akan menemui sisi lain dari jiwa mereka. Sisi lain dari kedalaman ilmunya, semangat berjuangnya, ketaatannya pada sang pemilik cinta dan keitiqomahannya menebar rahmat. Ya kita juga akan menemui mereka  sebagai seorang pencinta. Atau setidaknya mereka pernah melalui masa-masa cinta pada sisi kemanusian. Seperti cinta Rosulullah terhadap kampong halamannya. atau kisah pilu perjalanan pembaharu islam abad dua puluh Sayd Qutb.
Lantas bagaimana ketika seorang aktifis jatuh cinta?. Padahal perjuangan mereka masih jauh dari derita Rosulullah atau tidak sepadan dengan perjuangan sayd Qutb melahirkan tafsir Fii dzilalil Quran dalam jeruji besi. Tidak, tidak ada yang salah di sini, tidak ada yang salah ketika pemuda berjenggot dan wanita dengan jilbab besar itu mengalami masa-masa cinta dalam kehidupannya sebagai aktifis. Tidak ada yang salah ketika cinta tumbuh pada tataran kemanusiaan. Karena cinta adalah anugrah Allah dan karena mereka punya hak untuk mencintai.
Dalam buku Serial Cinta Anis matta beliau mengungkapkan “Sepasang aktivis itu datang menemui saya dengan mata berbinar. Binar cinta yang bersemi di mushalla kampus dan dibangku kuliah dan di arak-arakan jalanan demonstrasi untuk reformasi. Ditengah badai politik itu cinta mereka bersemi.”. intensitas bertemu dalam ruang-ruang rapat, kepanitaan dan aksi jalan menumbuhkan perasaan lain dari sisi cintanya. Selain bertambahnya rasa cinta kepada da’wah dan Allah. Muncul rasa cinta yang kita malu malu untuk mengatakannya. Ya itu wajar saja cinta bersemi diantara mereka karena intensitas bertemu dan berkomunikasi.
Di sini terjadi pertarungan, terjadi dua cinta yang bertengkar antara cinta vertikal dan cinta horizontal. Dalam kecamuk jiwa yang sedang dipenuhi dua rasa cinta. Cinta vertical mengajak kita untuk patuh dan tunduk kepada Allah serta perintah dan larangannya. Cinta horizontal berbisik kepada kita untuk mengatakan rasa hanya untuk mereka yang special.
Kita memang harus berhati-hati ketika bicara cinta horizontal karena dalam perjalannya  dapat berakhir pada kebinasaan dan Murka sang Pemilik cinta. Namun kemampuan kita mengolah cinta Horizontal akan mengantarkan para pelakunya pada satu ujung: cinta kepada Allah.
Kecintaan Allah kepada mahlukNya diuraikan dalam sebuah ayat Alquran” Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).” Inilah cara Allah menyatukan hambanya diantara cinta Horizontal dan cinta vertical. Agama yang manusiawi ini memerintahkan kepada mereka yang sedang dilanda badai cinta untuk mengakhirinya pada sebuah ikatan mulia.
Biarkan rasa cinta itu ada dalam setiap raga, biarkan perasaan itu tetap hitup. Cinta itu tidak akan kemana, dan si dia pun tidak akan kemana. Allah telah menentukan yang terbaik untuk kita.  Sambil menunggu saatnya tiba dan untuk menenagkan hati para pecinta, biarkan ayat cintaNya berbicara :Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
 Semua yang telah kita rasakan kemudian kita sampaikan kepada Allah SWT melalui doa-doa.. Dalam sujud-sujud panjang dalam kesunyian kita serdoa agar Allah memberi ketenangan pada hati yang sedang gundah. Kita serahkan kepada sang penggemgam hati untuk senantiasa menjaga hati kita. Dan sekarang mari lanjutkan perjalanan cinta yang kita semaikan dalam da’wah dan  sekarang mari kita bertakbir kembali.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...