26 Jan 2012

OPTIMISME BERNEGARA


By: Agus Purnomo
(Ketua KAMMI UIN Jogja)
            Indonesia tidak ada harapan lagi, setidaknya itulah kesimpulan yang bisa diambil atas  kondisi bangsa yang diberitakan media saat ini. Hampir 24 jam dalam sehari semua media memberitakan bahwa negara Indonesia dalam kondisi mengenaskan. Kriminalitas yang terjadi dimana-mana, instabilitas pertahanan negara, kisruh Politik, skandal korupsi dan kesenjangan sosial menjadi santapan masyarakat dan generasi muda hampir disetiap stasiun Televisi.
            Tragedi kemanusian di Poso, Sulawesi Tengah. Bima, Nusa Tenggara Barat, Mesuji dan Sidomulyo, Lampung dan sengketa Freeport di Papua seolah menggambarkan masyarakat Indonesa adalah masyarakat yang mudah terbakar emosi, tidak dewasa dan tidak bisa hidup berdampingan. Kemudian isu korupsi yang menjerat tokoh elit pemerintahan dalam kasus korupsi renovasi ruang banggar, Wisma Athlet, Century, BLBI, dan  korupsi M. Nazarudin (mantan bendahara PD) memberi pesan bahwa politik itu kotor dan pelakunya adalah busuk. Di sisi lain kemiskinan, penganguran, sengketa buruh telah berhasil memberikan stigma kegagalan para pemangku kebijakan. Semuaya digambarkan negatif, seolah tidak ada lagi kebaikan di negeri ini.
Dampak Negatif Pemberitaan Destruktif
            Pemberitaan atas ‘borok’ bangsa secara massive telah merubah mind set berfikir masyarakat. sekarang banyak kita jumpai obrolan-obrolan yang cenderung menghujat pemerintah. Menganggap mereka tidak becus lagi mengurus negara kemudian cercaan itu diakhiri tanpa adanya solusi konkret, mereka pesimis.  
            Seringnya mengkonsumsi berita negatif berdampak lebih buruk lagi. Ambillah contoh dalam tindakan kriminal, sebuah kerusuhan akan menyulut terjadinya kerusuhan-kerusuhan lain. kriminalitas yang berujung pembunuhan kini lebih dari sekedar menghilangkan nyawa tetapi para pelaku criminal dengan sadis memutilasi korbannya. Semua itu terjadi karena telah belajar. Pemeritaan buruk seolah telah mengajari bagaimana melakukan tindak pidana secara lebih profesioal.
Belajar Dari Sejarah
            Rasanya kita harus belajar kepada faunding father pengukir sejarah Indonesia. Ibu pertiwi pernah melahirkan tokoh patih Gajah Mada yang berhasil menyatukan Nusantara. Mempunyai Tuanku Imam Bonjol, Jendral Soedirman, dan Insinyur Soekarno yang berhasil membawa bangsa menuju kemerdekaan. Kita harus belajar dari kaum intelektual sekaliber Mohammad Natsir, Mohammad Hatta dan Buya Hamka yang kontribusinya tidak hanya dinikmati dalam skala nasional tetapi juga masyarakat internasional
            Sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah perjuangan dan semangat kerja keras. Di tengah perang dingin pasca kemerdekaan, para ulama dan negarawan bersama masyarakat mampu membuat gerakan non block. Dalam suasana yang sulit mereka telah menorehkan prestasi yang mengagumkan.
Indonesia Optimis
            Kita tidak menafikkan realitas hari ini. Namun yang ingin saya tegaskan bahwa kondisi yang menimpa bangsa haruslah disikapi dengan optimis. Semua Negara pernah mengalami masa krisis namun mereka mampu keluar dari semua permasalahan besar dengan optimisme yang tertata rapi. Kita harus menyadari bahwa kesulitan adalah fase yang harus dilalui untuk memperkokoh kepribadian bangsa.
Optimisme adalah awal yang kita bangun untuk merubah merubah kaum ploretar menjadi negarawan dan merubah anak desa menjadi pemimpin dunia. Sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin dengan adanya optimis. Karena optimis, seperti yang disampaikan Anis Matta dalam bukunya “Mencari Pahlawan Indonesia” adalah  “titik tengah antara idealisme yang tidak realistis dengan realisme yang terlalu pragmatis”.
Dalam Alquran Allah SWT berfirman “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah [2] : 286). Problematika yang menimpa bangsa Indonesia sudah diukur oleh Allah sesuai kesanggupan kita. Firman tersebut menegaskan bahwa kita memang mampu keluar dari peliknya permsalahan. Yang perlu kita lakukan adalah membangun optimisme kolektif dalam jangka panjang. Kita harus optimis bahwa Indonesia akan menjadi “Macan asia” kembali. Kita harus optimis melalui pemuda-pemuda yang cerdas dan sumber daya alam yang melimpah, negara Indonesia tidak hanya mampu memberikan kesejahteraan kepada bangsanya tetapi juga mampu memimpin dunia yang membutuhkan peradaban baru.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...