19 Jan 2012

BELAJAR DARI KETERBATASAN


Setiap orang memang mempunyai kehidupan dan jalan hidup yang berbeda. Ada yang hidup dalam keadaan miskin, tidak punya rumah, harta bahkan keluarga. Namun ada pula yang hidup dalam kecukupan bahkan dalam kemewahan. Kehidupan yang serba ada, rumah mewah, saham dimana-mana, kendaraan nomor satu dan kemewahan hidup lain. Dua keadaan sosial itu hidup dalam lingkungan kita.
Beberapa hari yang lalu kakak saya mengirim SMS yang kira-kira kalimatnya seperti ini “Gus aku punya murid, dia yatim yatim piatu dan mempunyai tiga saudara. Kita harus bersyukur Gus ya masih punya bapak ibu”. Kakak saya adalah seorang PNS guru SD di daerah terpencil di propinsi Lampung. Tidak ada listrik dan sinyal operator seluler di sana. Kondisi masyarakatnya pun masih sederhana dan sedikit dari mereka yang mengeyang pendidikan walau hanya setaraf SMA.
Bila kita cermati cerita si anak yang tidak lagi mempunyai orang tua tersebut kita akan mendapati bahwa kehidupan mereka penuh dengan perjuangan. Di usianya yang masih kecil ia tidak lagi mendapat sentuhan kasih sayang orang tua. Di sisi lain ia dan saudara-saudaranya harus berjuang sendiri mempertahankan hidup dengan segala keterbatasan yang ada.
Namun banyak cerita yang mengisahkan kesuksesan orang-orang yang hidup dalam jerat kemiskinan. Kita pernah membaca cerita sukses Ikal dan  Arai dalam novel Laskar pelangi, cerita bocah di Cina yang harus menghidupi orang ayahnya saat berumur 10 tahun,di sisi lain ia juga harus terus berjuang menntut ilmu. dan tentu saja cerita tauladan kita SAW seorang yatim piatu, bukan dari keluarga berharta namun ia sekrang menjadi orang nomor satu sepanjang sejarah umat manusia.
saya kemudian berfikir bahwa fasilitas memang tidak menjadi jaminan seseorang dapat sukses. Fasilitas yang mencukupi malah menjadi cobaan tersendiri bagi kita, ketidak mampuan kita mengelola fasilitas malah akan mejadikan kita seseorang yang malas dan menggampangkan urusan. Makanya tidak jarang kita dapati mereka yang bekecupuan cendrung pemalas, hidupnya tidak dinamis dan mati dalam keadaan biasa saja.
  Secara lebih mendalam kita menyadari bahwa kesukesan itu adalah soal mental dan semangat meraihnya. Karena ada semangat, seseorang akan berfikir keras mencari berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Seperti yang dilakukan oleh anak-anak yang terus berjuang dalam keterbatasan. Mereka menyadari bahwa minimnya fasiliatas bukanlah menjadi penghalang mengejar cita-cita. Mereka menyadari bahwa masih banyak jalan menuju roma.  Mereka terus berjuang dan bersabar. Bersama teman-temannya mereka telah membuktikan bahwa mereka mampu lebih sukses dan layak memimpin dunia,juga memimpin anak-anak yang selalu dimanjakan oleh fasilitas mewah. Di tengah keterbatasan mereka mampu berjuang bukan hanya untuk terlepas dari kesulitan tetapi juga menorehkan tinta sejarah peradaban.

1 komentar:

Erika Hime mengatakan...

dan tak lupa bersyukur ^^

Posting Komentar

monggo dikoment...