18 Apr 2011

SEMUT MABUK


Pagi itu ia berjalan terseok-seok. Matanya yang bulat dan besar terlihat merah dan layu. Ia terus berjalan menuju koloni tempatnya tinggal. Langkahnya begitu berat dan sesekali terjatuh, ia seolah-olah kekurangan kaki yang sudah berjumlah enam. apa yang dilakukannya semalam bersama kawan-kawan dekatnya telah membuat sekujur tubuhnya lemas. Lagi-lagi Ia menghabiskan waktu malam dengan berpesta miras.
Semut yang berwarna merah itu terus berjalan melintasi semak belukar, matanya yang terasa berat untuk dibuka ditambah fajar yang masih malu-malu menampakkan cahayanya semakin menyulitkannya melihat kondisi sekitar. Ia bertemu seekor semut yang menghulurkan tangan mencoba menyapa. Tradisi saling menyapa antar saudara semutpun mulai tak dilakoninya. Semut mabuk it terus berjalan dengan cuek. Ia berjalan tanpa membalas sapa, apa lagi mencium dan memeluk saudarnya. Begitulah semut mabuk. Ia lupa kalau punya saudara.
Dalam perjalanan pulang itu, serangga yang perutmya buncit itu berpapasan dengan sekelompok semut yang nampak sibuk menuju kantor kerja. Mereka tampak segar bugar dan bersemangat menyambut tugas. Berbeda dengannya yang berpakaian lusuh dan bermuka kusut. Ia melawati begitu saja rekan-rekannya, ia lupa dengan pekerjaanya. Begitulah semut mabok, lupa kalau punya keluarga. lupa kalau seorang pria.
Posisi matahari menunjukkan pukul tujuh pagi, ia tiba di rumah koloninya. ia mencuci muka kemudian menghela nafas panjang. Istrinya menghampiri sambil menyodorkan handuk. Istrinya mengelus dada mencoba menyabarkan diri. Mukanya yang merah tidak bertambah merah ketika melihat anaknya sedang bermalas-malasan. Kasihan benar semut tua pemabuk itu ternyata sang anak juga mengikuti jejaknya. Sang anak juga pemabuk.
Begitulah keadaannya, hobinya bermabuk-mabukkan telah menginspirasi sang buah hati melakukan hal yang sama, mabuk. Semut tua itu melongokkan kepala dan setengah badannya di atas air, ia berkaca. tampak mukanya semakin keriput dan tubuhnya mulai ringkih. Kehidupannya yang pas-pasan tak membuatnya sadar untuk merubah nasib. Malah ia gadaikan perabotannya untuk membeli sebotol minuman. Entah sampai kapan tradisi mabok terus ia lakukan. Semut tua itu masih kepayahan untuk memulihkan tanaga dan berfikir. Dasar semut mabuk.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo dikoment...