aksi masa partai PAS |
Ketika sebuah lembaga,
organisasi ataupun partai bertambah usia maka semakin komplek pula
permasalahannya. Jika dulunya permalahan hanya pada di internal maka sebuah organisasi yang sehat akan tumbuh besar dan mendapat tantangan yang lebih besar
pula. Ia tidak hanya berkutat pada kondisi internal dan problematika yang ada
di dalamnya, tetapi juga permasalahan eksternal yang lebih kompleks dalam menapaki ruang realitas.
Begitu juga Partai PAS UIN Jogja.
Selama bertahun-tahun tumbuh dan berkembang di kampus ia akan terus menghadapi
problematika baik secara internal dan ekternal. Jika kondisi internal bugar
maka dorongan untuk menyelsaikan peroblematika kampus
akan lebih besar. berbeda jika internal terus sakit-sakitan maka ia akan
disibukkan dengan perbaikan internal yang melelahkan. Bahkan jika persoalan tersebut tidak
bisa diatasi maka akan berujung pada bearkhirnya partai berlambang segi empat
tersebut.
Dalam gerak ekternal PAS yang bertekad memperbaiki
birokrasi dan kultur civitas akademika UIN akan mendapat tantangan yang besar. Sikap
apolitis mahasiswa dan biasnya perjalanan demokrasi subtansial menjadi catatan tersendiri
bagi partai yang hendak membawa perubahan tersebut.
Dakwah Dan
Dukungan Fanatisme
Dalam kitab Muqaddimah, Ibnu Khaldun berpendapat dakwah keagamanan
tanpa dukungan fanatsime tidak akan eksis. Ia menceritakan banyak kekalahan dan
kebinasaan sebuah perjuangan karena mereka tidak mempunyai jaringan dan basis
masa yang kuat. Hal tersebut kenjadi keniscayaan mengingat problematika yang besar tidak dapat diselesaikan jika
hanya dihadapi secara sendirian ataupun satu golongan saja.
Perubahan besar memang membutuhkan dukungan dari kerabat keluarga, suku
dan pertalian fanatisme lain. Seperti halnya para nabi SAW dalam perjuangan di medan dakwah yang juga didukung oleh keluarga besar dan fanatisme yang
beragam. Bapak sosiologi dunia tersebut kemudian menyimpulkan, meskipun
seseorang dalam kebenaran namun mengabaikan sisi-sisi fanatisme, maka ia telah
menjatuhkan diri dalam kegagalan dan kebinasaan.
PAS dan
Entitas Kampus
militansi kader muslimah PAS |
Dalam konteks kampus, selain partai PAS, terdapat belasan bahkan puluhan gerakan,
organisasi, forum dan paguyuban. Mereka mempunyai corak pemikiran dan afiliasi
yang beragam. Jumlah masa mereka pun banyak dan tersebar di seluruh fakultas. Namun sebelumnya partai runner up tersebut harus meyakini bahwa mereka adalah perkumpulan orang baik yang beri’tikad
memperbaiki keadaan yang kemudian diejawantahkan dalam kerja-kerja organisasi.
Partai PAS tidak boleh
mengabaikan kondisi tersebut. PAS harus menyadari bahwa ada perkumpulan di luar
organisasi mereka yang juga bergerak melakukan perubahan dengan gaya yang
beragam. Di sisi lain PAS juga menyadari bahwa ia tidak bisa membangun kampus
secara sendirian, karena membangun kampus merupakan pekerjaan besar dan
membutuhkan tenaga yang besar pula.
Kesadaran akan eksistensi PAS dan
pesan Ibnu Khaldun kemudian menjadi dasar bagi PAS agar dapat merangkul dan
bekerja sama dengan semua entitas di kampus. DI sinilah kemudian muncul
pertanyaan besar, bagaimana PAS mampu menyatukan keberagaman dan bergerak
bersama membangun kampus?
Seni
Berkomunikasi Dan Bekerja Sama
perbedaan itu indah |
Pertama partai PAS mempunyai
narasi dan manifesto tentang peradaban kampus yang dicita-citakan. Sebuah narasi
yang dibangun berdasar atas analisis dan kajian ilmiah sehingga dapat dipahami
oleh semua orang bukan hanya satu golongan saja. Kemudian dari tingkatan elit sampai grass
root kader partai harus memahami dan meyakini cita-cita tersebut. sehingga tema
besar organisasi, agenda-agenda bahkan cara berfikir semua konstituen adalah
rangkaian kerja menuju pencapaian strategi partai.
Kedua PAS harus mampu membaca
kondisi dan keinginan entitas lain. Di sinilah komunikasi antar kader maupun
partai terhadap organisasi lain harus intens dilakukan sehingga mereka bisa
saling memahami cara berfikir dan model gerak tiap organisasi. Seringnya berinteraksi tidak hanya akan meminimalisir ketegangan tetapi menumbuhkan kepercayaan dan juga
memunculkan terobosan baru.
Ketiga PAS harus menguasai seni
bekerja sama. Perbedaan bentuk dan ideologi sebuah organisasi akan menghasilkan
cara kerja yang berbeda pula. Elemen gerakan tentu mempunyai perbedaan gerak
dengan Unit Kegiatan mahasiswa, forum akademik, begitu juga dengan paguyuban daerah dan lainnya.
Perbedaan tersebut harus mampu dicerna oleh PAS sehingga dapat menyelaraskan
gerak partai dengan organisasi lain tanpa mengorbankan identitas masing-masing.
Secara umum seharusnya pemahaman dan strategi itu bukan hanya dipahami
oleh PAS saja tetapi juga semua yang ingin memperbaiki citra kampus. Kemudian tidak ada cara lain memperjuangkan cita-cita tersebut selain menempuhnya dengan strategi ilmiah dan amaliah.
Dan saya yakin partai PAS dapat melakukannya, menjadi perekat seluruh entitas kemudian saling bahu membahu memperbaiki UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.